"Aku tidak tahu harus mulai dari mana menulis cerita ini. Bukan karena tidak bisa ku tuliskan tapi sangking begitu banyaknya yang ingin ku tuliskan. Banyak rasa didalam dada hingga membuat tanganku tak bergerak. Ya Allah mengapa derita ini Engkau berikan padaku? Aku yang selalu dituduhkan, menjadi tertuduh. Padahal aku sudah mencoba untuk bekerja secara baik sebagai tanggung jawab moral di tempat..."
Aku benci pada diriku....
Begitu tulisan sebait catatan seorang teman yang kebetulan bekerja di sebuah perusahaan yang sama.
Gambaran di atas membuktikan bahwa masalah di tempat kerja selalu ada. Masalah dengan atasan, masalah hubungan dengan sesama karyawan, bahkan sampai dengan investor atau owner.
Dunia kerja memang selalu penuh tekanan. Tekanan itu bisa datangnya dari pekerjaan, kompetisi karir, dan mungkin tekanan karena jabatan.
Semua tekanan itu membawa efek pada psikologis kita. Perubahan perilaku orang yang berada dibawah tekanan bisa berubah-ubah. Salah satunya adalah gampang emosi atau cepat marah.
Apalagi bila pekerjaan yang menuntut deadline dengan target tertentu. Wah, bisa kalang kabut dibuatnya bila hasil yang diharapkan tercapai.
Para manajer bisa mencak-mencak memarahi para pekerja. Menanyakan banyak pertanyaan, mengapa ini mengapa begitu layaknya sedang diinterogasi oleh penyidik.
Tak jarang mereka berkata kasar dan menghardik anak buahnya. Namun itu adalah situasi sesaat. Manajer terkadang sedikit lebih keras terhadap karyawan/pekerja agar laju produktivitas kerja bisa meningkat. Karena itu para staf tidak perlu menyimpan di hati dan bawa perasaan (baper istilah sekarang). Terima saja hal tersebut sebagai kewajaran.
Hal-hal seperti lumrah terjadi di tempat kerja mana pun dan di banyak perusahaan. Gaya pemimpin dengan sedikit tegas biasanya berpengaruh positif terhadap kinerja bawahan. Meski begitu penempatannya harus tepat.