Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sudah Lebaran Ke-5 Harga Komoditas Pangan Masih Tinggi

9 Juni 2019   19:34 Diperbarui: 9 Juni 2019   19:58 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasar tradisional | kontan.co.id

Memasuki hari ke-5 paska perayaan Lebaran Idul Fitri 1440 H harga pangan di sejumlah daerah masih membubung tinggi. Tingginya harga-harga komoditas pangan di pasar memunculkan sejumlah tanda tanya masyarakat. Pasalnya pemerintah sangat rajin melakukan impor pangan dengan alasan demi untuk menjaga kestabilan harga.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), per 7 Juni, harga sejumlah bahan pangan seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah, daging ayam, hingga telur ayam masih cukup tinggi.

Bahkan di Batam dikabarkan harga cabai merah mencapai Rp150 ribu per kilogram. Sementara Aceh Singkil harga rata komoditas pangan naik hingga 30-50 persen dari sebelumnya. Harga bawang putih berkisar Rp 44.900 per kilogram (kg), meningkat dari 4 Juni yang sebesar Rp 42.550 per kg dan dari 31 Mei yang sebesar 41.500 per kg.

Meskipun untuk komoditas perikanan dan daging ada yang mengalami penurunan harga namun secara umum kenaikan harga pangan paska lebaran membuktikan pemerintah gagal menjaga kestabilan harga sebagaimana dijanjikan sebelumnya bahwa pemerintah menjamin harga pangan tetap stabil.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) Ngadiran menilai, harga bahan-bahan pangan sebelum lebaran dan setelah lebaran memang masih cenderung tinggi. Menurutnya, harga bahan pangan yang tinggi ini dikarenakan tidak adanya upaya dan keseriusan pemerintah bagi masyarakat kecil.

Bila dilihat dengan aktivitas impor pangan yang dilakukan oleh pemerintah, idealnya harga-harga akan tetap stabil karena tidak ada kelangkaan. Bahkan harga akan cenderung menurun karena selama lebaran masyarakat tidak berbelanja terlalu banyak untuk sektor pangan.

Lagi pula stok pangan untuk kebutuhan rumah tangga, masyarakat telah menyediakan dua hari menjelang lebaran. Artinya permintaan pangan paska lebaran tidak tinggi namun kenapa harga justru lebih tinggi daripada sebelum lebaran? Ini menjadi pertanyaan masyarakat. Kalau tidak ada perubahan harga atau stabilitas harga yang wajar, berarti ada permainan.

Menurut Pengamat Pertanian Khudori pada dasarnya ada tiga hal yang mempengaruhi harga pangan saat Ramadhan, pertama ketersediaan bahan pokok, pengaturan harga, dan pengawasan distribusi. Hanya saja, tiga hal ini tak semua berjalan dengan baik sehingga mendorong kenaikan harga komoditas.

Apa yang dikatakan oleh Khudori ada benarnya, pemerintah tidak berhasil membenahi tata niaga (distribusi) pangan dengan baik. Seharusnya tol yang digadang-gadang akan memperbaiki saluran distribusi barang, nyatanya tidak berjalan. Harga pangan hingga lebaran kelima masih tinggi bahkan Kemenko Perekonomian mengatakan saat ini inflasi mencapai 0,5 persen.

Sementara itu, ekonom Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Alexander Sugandi menilai kenaikan harga bahan makanan dan tiket transportasi menjadi penyebab utama tingginya inflasi paska ramadan dan lebaran. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun