Tidak perlu menunggu lama. Palu hakim jalanan pun dijatuhkan. Prabowo Subianto dianggap orang paling bodoh didunia hanya karena tidak paham istilah unicorn yang dilemparkan Jokowi. Mereka-mereka ini yang baru tahu istilah unicorn, pasti nggak paham betul istilah decacorn dan hectocorn.
Namun untuk menghabisi lawan politiknya para pendukung petahana dan pembenci Prabowo getol menyebarluaskan "kedunguan" Prabowo tentang ini. Seakan begitu menikmati kebodohan mantan pasangan Megawati Soekarnoputri pada pilpres 2009 silam ini. Padahal jika kita cek satu per satu, sangat sedikit orang yang paham tentang konsep unicorn. Mungkin juga termasuk saya dan Jokowi.
Tetapi begitulah perilaku kita dan netizen Indonesia sepanjang 5 tahun terakhir. Bagaikan Singa kelaparan, yang begitu ada mangsa ramai-ramai mengerumuni makanan lezat tersebut. Begitulah ilustrasi warga net kita dalam merundung, bukan hanya untuk Prabowo bahkan juga terhadap Jokowi. Brutal memang!
Padahal tidak semua orang paham terhadap semua hal apalagi yang bersifat teknis dan tidak lazim. Saya rasa sangat manusiawi jikalau diantara kita masih ada yang tidak tahu dengan istilah uncorn. Sebab kenapa, karena istilah tersebut kurang familiar, sama halnya ketika kita menanyakan sesuatu yang sangat tidak umum kepada orang lain.
Kemudian saya sependapat bahwa pentas debat memang bukanlah panggung akademik. Debat capres tidaklah dimaksudkan untuk menjadi ajang pencarian kesalahan dan kelemahan para capres. Kenapa? Karena setiap orang pasti ada plus minusnya. Jadi sangat naif jika kita sangat percaya diri merundung orang lain dalam satu hal.
Bukan berarti pula panggung debat sebagai tempat menebar pesona. Tempat tersebut memang dirancang untuk menguji kapasitas para capres. Termasuk kapasitas intelektualitasnya, visi, konsistensi, dan softskill yang dapat memperlihatkan keaslian seorang capres. Dan alhamdulillah kedua capres kita tidak terlalu buruk.
Jadi sebagai warga net, marilah kita menunjukkan sikap "kenegaraan" sebagai rakyat yang bijak. Berhentilah bersikap sok tahu dan menghakimi, belum tentu Prabowo seburuk yang dikira. Mungkin benar, dia mengulang pertanyaan Jokowi sebagai bentuk konfirmasi karena pengucapan istilah unicorn oleh petahana yang dinilai kurang tepat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H