Propinsi Aceh memang dikenal dengan daerah Serambik Mekah. Sebutan serambi mekah karena masyarakat daerah ini menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan syariat Islam di Aceh kini telah menjadi hukum positif dan dasar kebijakan pembangunan pemerintah daerah.
Syariat Islam pada dasarnya adalah pelaksanaan prinsip-prinsip Pancasila terutama sila pertama. Menurut pakar tata negara, tidak ada dikotomi antara syariat Islam dan Pancasila karena keduanya seiring sejalan.
Sehingga kekuatiran sejumlah pihak terhadap penerapan syariat Islam di Aceh akan memunculkan berbagai tindak kekerasan dan intoleran dapat dianggap berlebihan. Bahkan faktanya, syariat Islam di Aceh memberikan ruang toleransi dan penghormatan yang besar terhadap agama, suku, ras, dan bangsa lain yang berbeda.
Seperti halnya saat peringatan Tahun Baru Imlek, dimana pelaksanaan Hari Raya Imlek di Kota Banda Aceh berjalan dengan tertib dan damai. Ribuan warga Tionghoa di Banda Aceh, Senin malam (4/2), merayakan pergantian tahun baru Imlek dalam suasana aman di sejumlah vihara yang ada di daerah itu.
Menurut Ketua Vihara Dharma Bhakti, Peunayong, Banda Aceh, Yuswar, mengatakan perayaaan itu diikuti sekitar 3.500 hingga 4.000 warga Tionghoa beragama Buddha di empat titik, yakni Vihara Dharma Bhakti, Maitri, Dwi Samudera dan Sakyamuni.
Masyarakat Aceh sama sekali tidak mempermasalahkan tentang ajaran agama lain, sepanjang agama tersebut diakui oleh konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), artinya bagian dari nilai-nilai Pancasila tadi. Bahkan jika itu dilakukan dengan semangat saling menghormati, masyarakat Aceh justru mendukungnya.
Yuswar sendiri mengakui kalau masyarakat Aceh sangat toleran terhadap penganut agama lain dan setiap hari kita berinteraksi dengan baik. Dalam hubungan sosial masyarakat Aceh, Tionghoa, Batak, dan suku apapun berlangsung baik. Dan itu sudah berlaku sejak lama.
Saat perayaan hari besar tersebut di Kota Banda Aceh, umat yang merayakan Tahun Baru Imlek terus mendatangai Klenteng Dharma Bakti, Peunayong Banda Aceh untuk beribadah. Mereka mendoakan agar Imlek membawa kedamaian bagi bangsa Indonesia apalagi saat ini memasuki tahun politik.
Mereka berharap pada proses pemilu presiden dan pemilu legislatif periode ini akan melahirkan pemimpin yang baik. Terpilih presiden yang disukai rakyat dan mampu memberikan kedamaian serta kesejahteraan bagi bangsa Indonesia kedepan.
Salah seorang umat Buddha yang melaksanakan Tahun Baru Imlek Lyli mengatakan, "Warga Aceh menghargai perbedaan dan perayaan Imlek di sini berjalan aman tanpa ada gangguan dari pihak manapun," ujar Lily yang mengaku berdomisili di Peunayong, Banda Aceh. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H