Bukan politik namanya jika antar kontestan tidak saling serang satu sama lain. Namanya politik, kubu yang satu dengan rivalnya pasti saling membangun serangan. Serangan yang dimaksud adalah suatu strategi yang dapat membuat lemah daya tahan lawan. Bentuk isu yang digunakan sebagai misilpun bisa dari berbagai macam.
Politik memang penuh trik dan intrik. Trik dapat dikatakan sebagai teknik politik praktis dalam permainan. Trik sering digunakan untuk menyerang dan juga menangkis serangan. Misalnya trik dalam komunikasi. Sedangkan intrik, bisa bentuknya menggunakan kabar bohong untuk menjatuhkan lawan atau perilaku tokoh-tokoh yang bersekongkol untuk menjatuhkan tokoh lain.
Dalam politik perihal intrik sudah lazim dilakukan oleh politisi. Membangun jaringan politik untuk konspirasi tertentu sudah biasa terjadi. Meskipun tujuannya adalah untuk mencapai kemenangan dan meraih kekuasaan namun persekongkolan telah menjadi satu strategi menjatuhkan lawan.
Istilah persekongkolan mungkin jarang digunakan. Terminologi ini barangkali mencitrakan perbuatan negatif. Sehingga istilah yang sering digunakan adalah koalisi politik atau partai politik. Padahal meskipun kedua terminologi tersebut sekilas terlihat berbeda akan tetapi subtansinya tetap sama yakni bersekongkol membangun kekuatan untuk merebut kekuasaan.
Kalau dilihat dari perspektif perang maka saling serang agar tidak menjadi korban duluan. Artinya menyerang lebih dulu adalah lebih baik daripada bertahan menangkis serangan. Lagi pula dalam dunia politik yang diserang itu biasanya adalah nama baik kandidat atau bagaimana membangun persepsi negatif publik terhadap kandidat lawan politik.
Sebagai contoh, bagaimana tiap saat Jokowi mengeluh dan curhat dimana-mana karena ia merasa telah diserang dengan isu PKI. Jokowi kuatir jika isu bahwa dirinya kader PKI dipercaya oleh masyarakat. Namun pertanyaan siapa yang membuat isu tersebut? Benarkah dilakukan oleh lawan politiknya? Atau jangan-jangan ini strategi playing victim.
Amunisi yang ditembakkan ke Jokowi dengan mengatakan kalau ia bagian dari pengusung ideologi PKI memang sengaja dihembuskan untuk merusak citra dirinya dimata publik, apalagi memang Indonesia memiliki sejarah kelam dengan PKI pada zaman orde lama. Itu yang saya sebut sebagai trik. Dengan membuat tulisan, berita, dan visual-visual tertentu untuk memperkuat isu.
Sebaliknya kubu Prabowo-Sandi dituduh sebagai pihak yang menyebarkan isu Jokowi PKI, padahal tidak ada bukti bahwa pihak Prabowo-Sandi lah yang melakukannya. Adapun pihak yang mengaku melakukan seperti La Nyalla namun sejauh ini pun masih aman-aman saja. Sejatinya jika pengakuan itu benar maka polisi harus menangkap La Nyalla dan menghadapkan dirinya di muka pengadilan.
Dan tragisnya sejak 3 bulan terakhir tuduhan kubu Prabowo-Sandi sebagai pencipta hoaks semakin kencang dihembuskan. Berbagai narasi yang dibangun oleh lawan politiknya yang mengarah kepada terciptanya persepsi publik Prabowo-Sandi sebagai pembohong. Dan karenanya pasangan ini tidak layak dipilih. Dan jika kita lihat di media sosial bahkan media arus utama kompak melakukan infiltrasi bohong agar benar-benar melekat pada diri Prabowo-Sandi dan timnya.
Indikasi intrik politik menjustifikasi kubu 02 sebagai pembohong dan memproduksi hoaks oleh lawan politik dapat dilihat dari narasi yang sering dimunculkan oleh media pendukung 01. Lalu secara berantai dikutip dan disebarluaskan oleh jaringan yang ada. Seperti mengendorse produk, narasi pembohong digoreng sedemikian rupa oleh lawan politik.
Maka tidak mengherankan jika kita membuka berbagai platform media yang disitu terdapat partisan lawan kubu 02, bahan baku yang diolah adalah soal hoaks dan bohongnya Prabowo-Sandi. Jika tidak ada kebohongan yang dilakukanpun dicari-cari agar ide untuk meruntuhkan nama baik Capres-Cawapres 02 dapat dilakukan secara masif.