Dalam adat dan kebiasaan masyarakat Aceh menyambut dan menerima tamu yang datang berkunjung adalah hal yang sangat penting. Kenapa penting? Karena tamu bagi masyarakat Aceh adalah "raja" yang harus dimuliakan.
Disebut raja, sebab dalam ajaran Islam wajib bagi tuan rumah untuk menerima kedatangan tamu dengan hati gembira. Karenanya tuan rumah harus melayani tamunya dengan baik, memuliakannya dan ramah terhadap mereka.
Cara menyambut tamu seperti itu sudah menjadi reusam yang turun temurun dari sejak dulu.
Pada zaman dulu ketika tamu datang, tuan rumah selalu menyuguhkan sirih saat sang tamu baru masuk diruang tamu. Sambil berbincang-bincang sirih pun disajikan. Makna sirih tersebut sebagai bentuk memuliakan dan keakraban.
Hingga saat ini tradisi tersebut tetap dipertahankan, meskipun hari ini sudah memasuki era milenium namun adat peumulia jamee masih tetap hidup dalam budaya masyarakat Aceh.
Bahkan dalam acara-acara serimonial pun tarian peumulia jamee 'ranup lampuan' selalu dimainkan saat penyambutan tamu.
Biasanya ketika orang-orang penting, atau pejabat-pejabat negara datang berkunjung ke suatu daerah, ketika baru tiba maka iringan tarian 'ranup lampuan' yang dimainkan oleh anak-anak gadis pun dimainkan.
Sebelumnya tentu sudah dilakukan pengalungan bunga ucapan selamat datang.
Tarian Ranup Lampuan adalah tarian etnik yang dimainkan oleh 5-7 gadis-gadis cantik berpakaian adat Aceh dengan sangat indah yang mengangkat cerita tentang sirih sebagai adat menyambut tamu.
Ranup lampuan artinya daun sirih yang sudah dibuat khusus disajikan bagi sang tamu yang sedang ditunggu-tunggu. Filosofinya memuliakan tamu seperti seorang raja.
Wikipedia menuliskan Tari Ranup Lampuan adalah sebuah tarian tradisional suku Aceh yang berasal dari wilayah Banda Aceh.