Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kenaikan Harga Pangan Ternyata Bukanlah Hoaks

3 November 2018   12:40 Diperbarui: 3 November 2018   13:24 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto/KOMPAS.com/Andri Donnal Putra

Salah satu kekuatan bangsa adalah adanya ketersediaan pangan yang cukup, sehat, aman, dan dengan harga terjangkau. Bagi rakyat Indonesia harga pangan yang murah masih menjadi salah satu impian. Kenapa impian? Karena banyak masyarakat ditingkat bawah masih banyak yang belum dapat menikmati harga pangan murah, jika ada pun sifatnya hanya temporer, sangat fluktuasi dan sulit diprediksi.

Lantas benarkah harga pangan akhir-akhir ini melonjak naik? Dari penelusuran berita-berita di media baik cetak maupun daring. Sejak setahun terakhir harga pangan memang meningkat, terutama harga komsumen. Indikasi ini bisa dilihat pada data inflasi. Inflasi menjadi indikator pergerakan harga pangan. (silakan periksa di data BPS dan BI, agar tidak mengulang cerita).

Jika berpedoman pada berita yang rilis oleh Kompas cetak, Jumat (2/11/2018) dengan judul "Pangan Bisa Gerus Daya Beli", diwartakan kenaikan harga pangan mulai berpengaruh terhadap inflasi. Berarti faktanya bahwa harga pangan telah signifikan mempengaruhi rate inflation. Merangkaknya harga pangan bukan hanya di kota yang pada umumnya adalah kumpulan konsumen, namun juga di desa yang justru daerah penghasil pangan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan per Oktober 2018, inflasi di kota mencapai 0,28 persen dan di desa 0,35 persen. Inflasi tersebut tergolong tinggi meskipun masih di bawah 5 persen per tahun. Sehingga yang perlu menjadi diantisipasi adalah menjaga daya beli masyarakat agar tidak anjlok turun.

Tingginya inflasi di desa menandakan bahwa secara ekonomi berarti tingkat permintaan masyarakat terhadap pangan tinggi. Sehingga tidak seimbang dengan sisi suplai atau produksi. Atau indikasi lain adalah inflasi tersebut didorong oleh meningkatnya harga-harga yang diatur pemerintah.

Dari analisa yang tuliskan oleh Kompas, penyebab terjadinya peningkatan inflasi dikarenakan selain harga pangan juga disebabkan harga BBM. Diantara produk pangan yang menjadi kontributor inflasi yaitu cabai merah, beras, dan cabai rawit. Aneh memang, Indonesia yang memiliki lahan menganggur ribuan hektare namun tidak mampu memproduksikan cabe, dan beras secara seimbang.

Isu Politik

Jauh sebelumnya bahwa isu harga pangan telah menjadi bahan diskusi politik. Mungkin Anda pernah mendengar ada politisi yang mengatakan rakyat sedang kesusahan karena harga-harga pangan mahal. Sehingga banyak rakyat jelata yang mengeluh tentang kondisi ekonomi. Sampai-sampai ada sindiran tajam dari Cawapres tertentu yang mengatakan "tempe setipis ATM."  Hal itu sebagai analogi isu ekonomi yang dilemparkan ke publik.

Namun sudah pasti, tidak semua orang pula sepakat dengan sinyalemen diatas. Dan banyak pula politisi yang membantah isu tersebut. Tidak benar tempe setipis ATM. Itu hanya pernyataan murahan seorang Cawapres yang ingin mencari perhatian dan popularitas ditengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat baik dan positif.

Terlepas dari debat isu ekonomi yang diarahkan kepada keuntungan politik kelompok tertentu. Maka pastinya rakyat memiliki persepsi sendiri atas apa yang mereka lihat dan rasakan selama ini. Artinya para politisi tidak perlu kuatir, jika memang faktual, maka akan tetap menjadi sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika hal itu hanya sebagai trik untuk meraih simpati publik dengan pembohongan, maka rakyat pun bisa menilainya.

Namun apapun yang namanya perekonomian ia akan selalu dinamis. Inflasi, harga, dan produksi akan selalu bergerak naik maupun turun. Belum tentu inflasi hari ini dapat mengancam perekonomian Indonesia dengan resiko lebih besar. Bahkan bisa sebaliknya dengan meningkatnya harga, maka petani dapat menikmati tambahan pendapatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun