Sebuah kesempatan yang luar biasa bagi saya hari ini Senin, (29/10/2018) bisa mengikuti suatu acara yang sarat sharing knowledge dengan seorang akademis sekaligus pengamat keamanan nasional dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), Stepi Anriani, S.IP.,M.Si.
Acara yang difasilitasi oleh Forum Aceh Menulis (FAMe) tersebut digawangi Yarmen Dinamika, memberikan banyak pengetahuan tentang dinamika politik nasional terkini. Apalagi dikaitkan dengan hubungan Aceh dan Jakarta (pemerintah pusat) tentu semakin menarik untuk diikuti.
Dalam sesi paparan materi selama 20 menit, Stepi Anriani lebih banyak mengupas tentang Pilpres dan ditinjau dari sudut pandang intelijen. Karena Stepi merupakan salah satu dosen di STIN, maka perspektif intelijen menjadi lebih dominan dalam analisanya terhadap tahapan Pilpres yang sedang berlangsung.
Menurut dirinya, kondisi politik nasional saat ini sedang dalam masa-masa hangat dan cenderung panas. Kedua kubu saling ngotot memenangkan ide dan adu persepsi calon pemilih. Namun hal itu masih berjalan dalam koridor politik kontitusi Indonesia.
Sejak dimulai pada pukul 09.15 Wib, Stepi memperkenalkan diri, meskipun namanya hampir sama dengan Steffy Burase yang sedang banyak diperbincangkan oleh masyarakat Aceh, namun ia mengaku, jangan berhubungan saudara, kenal pun tidak.
"Jadi saya tegaskan, saya tidak kenal sama sekali dengan Steffy Burase, apalagi bila dikatakan ada hubungan saudara." Kata Stepi Anriani.
Sebagai orang yang pernah kenal dengan Irwandi,--bahkan kenal dengan hampir semua tokoh-tokoh Aceh--Stepi berpandangan jika Irwandi Yusuf adalah salah satu Gubernur Aceh yang memiliki kontribusi terhadap pembangunan Aceh. Karena itu wajar jika saat ini masyarakat Aceh hendaknya memberikan dukungan moril kepada Irwandi. Ini bukan berarti mentolerir kesalahan yang ia dilakukan.
"saya mengatakan hal ini sebagai orang yang tidak memihak kemana-mana. Sebagai pengamat yang selalu mengikuti dinamika politik Aceh, saya memandang seperti itu." Urai Stepi dalam penjelasannya.
Menjawab pertanyaan salah seorang peserta, apakah intelijen ikut bermain dalam pilpres? Secara diplomatis Stepi menjawab, sebagai lembaga negara, intelijen secara kelembagaan tentu harus dilibatkan dalam pilpres. Bahkan di banyak negara peran intelijen dalam pemilu presiden sangat strategis, terutama bagaimana mewaspadai setiap ancaman yang muncul baik dari luar dan dan dalam negeri.Â
Lalu ia mencontohkan bagaimana agen-agen negara seperti Israel, Amerika, Rusia, China, dan negara-negara lain ikut melakukan spionase pada negara-negara sasaran ketika masa pergantian presiden berlangsung. Bahkan manuver agen-agen tersebut berdampak terhadap keterpilihan seseorang kandidat.