Hal ini sesuai dengan Al-Quran Surat Al-Ma'arij ayat 19-21, "Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat suka mengeluh. Apabila ditimpa musibah dia mengeluh dan apabila ditimpa kesenangan berupa harta ia jadi kikir." B
erdasarkan keterangan Al-Quran dalam ayat diatas, jelas terlihat bahwa manusia memiliki sifat suka mengeluh, apalagi jika sedang ditimpa dengan sesuatu yang tidak ia senangi.
Misalnya ketika terjadi musibah, bencana alam, ketidakberuntungan, atau kerugian dan ketidakpuasan, manusia langsung bereaksi dengan berbagai keluhan. Bahkan apapun yang tidak menyenangkan hati selalu diungkapkan dengan mengeluh.
Keluhan itu sendiri juga ada level atau tingkatannya. Mulai dari sekedar mengeluarkan uneg-uneg, sampai memaki-maki Tuhan.
Namun yang perlu diingat bahwa terlalu sering mengeluh, maka lama-lama akan menjadi kebiasaan, selanjutnya dapat berubah menjadi karakter atau kepribadian seseorang. Padahal kalau dikaji, yang dikeluhkan pun adalah masalah-masalah duniawi yang ia tidak puas karenanya.
Contoh, masalah dicopot dari jabatan, atasan yang cerewet dan suka ngomel, pimpinan yang tidak adil, harta yang berkurang, kemiskinan yang mendera, dan lain sebagainya sejenis itu.
Oleh sebab itu maka kita harus hati-hati dan selalu waspada dengan kebiasaan mengeluh. Karena bukan hanya melakukan afirmasi negatif terhadap diri sendiri, juga membuat orang disekeliling kita menjadi tidak nyaman dengan sikap kita tersebut.
Dan kalau tidak dikendalikan secara baik, maka akan berubah menjadi sebuah karakter.
Sebagai seorang muslim sebetulnya dilarang untuk mengeluh terhadap kondisi kehidupan yang mereka jalani.
Termasuk jika dalam keadaan miskin, tidak boleh seorang muslim merasa bahwa dirinya tidak dikasihi oleh Tuhan. Sehingga ia selalu mengeluh akan kemiskinannya.
Tidak seharusnya seorang Muslim mengeluh akan kehidupannya karena jika ia berpikir lebih, maka ia sendiri tidak akan pernah sanggup menghitung kenikmatan yang telah ia rasakan selama ini.