Usia muda bukan berarti bisa berleha-leha, hidup santai dan tanpa usaha. Apalagi dengan status student, kamu harus lebih kreatif dan bekerja keras. Kata orang, masa muda saatnya berkarya dan beprestasi.
Fisolofi itu sepertinya sangat dipahami oleh anak-anak mahasiswa sebuah kampus swasta di Kota Banda Aceh. Meskipun mereka tergolong mahasiswa baru, namun mereka memiliki jiwa perjuangan tinggi lho. Bahkan tahun pertama mereka langsung ikut kompetisi. Hebatkan?
So, begitulah harusnya anak muda, setuju nggak? Pastinya kamu setuju. Dengan bekal surat undangan dari Port Dickson Politechnic Negeri Sembilan Malaysia, anak-anak Politeknik Kutaraja Banda Aceh siap menerima tantangan.
Tanpa banyak basa-basi mereka pun langsung membentuk tim, terdiri dari Aditya Prayoga, Yoga Syahputra, Mauliana Safitri dan Vini Inka Sari. Keempat mereka dibagi jadi dua regu. Dengan bimbingan dua orang pelatih yang ditunjuk oleh direktorat.
Setiap regu mempersiapkan satu produk yang akan dilombakan nanti di Malaysia, tepatnya di kampus Port Dickson Politechnic. Jika berdasarkan surat undangan, even Internasional itu dilaksanakan sejak tanggal 14-16 Oktober 2018, dengan kontingen dari tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Korea. Berarti rivalitas mereka mahasiswa-mahasiswa dari ketiga negara tersebut.
Meskipun ini pengalaman pertama bagi anak-anak Politeknik Kutaraja, tetapi secara mental mereka sudah siap ngehadapi segala kemungkinan. Apalagi di masa SMA dulu mereka juga sering mengikuti berbagai kompetisi. Bedanya even ini skala internasional.
Target memang dapat medali emas, ketinggian tidak ya? Kayaknya pantas dech, makanya mereka melakukan berbagai persiapan secara baik, meskipun ditengah-tengah keterbatasan yang ada. Namun kalau kakak lihat semangat anak-anak Respex (panggilan kasih sayang kami kepada mereka) dalam menjalani masa prepare sangat bersemangat. Kadang-kadang sampai malam masih di kampus melakukan latihan dan pembelajaran.Â
Nah kamu tahu nggak mereka pamerkan produk apa di sana? Ya, dari dua tim yang ikut lomba, masing-masing bawa produk olahan mangrove (sirup, selai) dan minyak kemiri (pecan oil). Konsepnya sih sederhana. Tapi jika dilihat dari sisi kekayaan lokal, mangrove dan kemiri merupakan kekayaan alam tanah rencong lho.
Lihat saja, jika kamu jalan ke Banda Aceh melewati jalan darat dari lintas timur. Sepanjang jalan itu kamu bakal melewati ratusan kilometer garis pantai, atau daerah pesisir. Nah di kawasan pesisir itulah pohon mangrove tumbuh, ada yang sengaja ditanam dan ada pula yang timbuh karena berkembang biak.
Bagi masyarakat Aceh, pohon mangrove atau bak bangka (bahasa Aceh) hanya dikenal sebagai tumbuhan pelindung pantai dari abrasi, paling banter batangnya dijadikan bahan untuk rumah, kayu bakar dan dijadikan arang. Masyarakat belum tahu kalau pohon mangrove (jenis pidada) memiliki buah, dan buahnya tersebut dapat diolah menjadi bahan pangan bagi manusia.