Pernahkan Anda bertanya, mengapa Anda menikah? Lalu tujuan Anda menikah apa sih? Barangkali pertanyaan semacam ini sepele bagi beberapa orang. Namun menurut saya, itu adalah pertanyaan fundamental. Mengapa demikian?
Bagi beberapa orang mungkin menikah itu adalah hal biasa. Bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan karir. Sehingga bagi mereka yang menganggap karir jauh lebih hebat ketimbang menikah, maka ia lebih mementingkan karirnya bahkan mereka enggan menikah.
Tapi layakkah kita lebih mendahulukan karir daripada menikah? Dua-duanya adalah hal yang penting. Tidak mungkin seseorang yang akan menikah dan mengorbankan karirnya. Begitu pula sebaliknya, yang ada hanyalah bagaimana keduanya bisa saling mendukung. Seiring sejalan menuju puncak kebahagiaan.
Memiliki sebuah keluarga yang dicintai dan saling menyayangi merupakan sumber kebahagiaan yang luar biasa. Ntah kita sebagai suami ataupun istri. Ketika mendapatkan pasangan yang dengan tulus mendukung kesuksesan dalam berkarir, maka disinilah rasa bahagia yang tiada tara.
Bagaimana tidak, setiap berangkat kerja seorang istri selalu mendoakan kebaikan dan kesuksesan bagi suami mereka. Hal yang sama juga dilakukan oleh seorang suami, dengan mendukung istrinya agar berhasil dalam karir, maka sikap itu dapat menguatkan semangat istrinya dalam bekerja.
Belum lagi ketika saat sore hari. Saat jam pulang kerja. Seorang istri yang setia, selalu dengan tulus menunggu suami mereka di depan pintu. Mereka dengan penuh cinta dan kerinduan menantikan kepulangan suaminya dari kantor, atau dari tempat kerja.
Tak lupa seorang istri menyediakan air hangat atau teh, kopi, minum favorit suaminya dengan penuh kasih sayang. Sungguh ini adalah hal yang sangat membahagiakan dalam kehidupan sebuah keluarga. Dapat menikmati teh hangat didampingi sang pujaan hati.
Hidup bersama dalam sebuah keluarga yang harnonis dapat mendatangkan banyak manfaat baik secara meteriil maupun moril. Melalui kedekatan secara fisik membuat hidup dalam rumah tangga dapat selalu saling bersentuhan, bertatap muka, dan bergaul secara bebas.
Jika selalu dalam kebersamaan baik suka maupun duka antara suami, istri dan anak-anak, menjadikan sebuah rumah tangga kokoh secara fisik dan mental. Merasakan pahit manisnya kehidupan dengan saling mendukung, saling menguatkan satu sama lain, terasa beban beratpun menjadi ringan. Semua itu adalah manfaat yang kita peroleh atas pernikahan yang kita lakukan.
Sedangkan secara moril, seorang yang telah menikah atau berumah tangga, mereka menjadi lebih bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Pola pikirnya tidak lagi sama saat ketika ia masih muda dulu yang suka mementingkan diri sendiri. Menjadi lebih sabar, tidak tergesa-gesa. Dan menjadikan mereka semakin dewasa dalam bertindak.
Perubahan secara mental bagi seseorang yang telah berkeluarga terjadi karena pernikahan itu memang membuat seseorang menjadi lebih amanah, bertanggung jawab, dan menyadari bahwa ada orang lain yang dititipkan pada dirinya untuk dijaga, dirawat, dan diberikan kasih sayang serta perhatian. Pernikahan mengajarkan manusia untuk mengambil peran dalam menjaga kesinambungan hidup ummat. Tidak menikah berarti bagian dari tidak bersedianya seseorang untuk mengambil tanggung jawab tersebut. Tapi bolehkah?