Menurut saya tidaklah demikian. Cara yang paling baik untuk menumbuhkan semangat kerjasama dan loyalitas staf dan karyawan terhadap perusahaan adalah dengan terbuka soal gaji seluruh karyawannya termasuk jajaran pimpinan. Bahkan jika dikaitkan dengan azas transparansi, maka informasi gaji pimpinan perlu dibuka kepada staf secara rutin dan berkala. Bukan sebaliknya justru menutup-nutupi.
Namun sayangnya hal ini belum menjadi budaya dikalangan perusahaan di Indonesia. Kecuali dipemerintahan yang sudah menerapkan sistem baku soal gaji dan tunjangan lainnya yang dapat diakses oleh publik. Di bidang swasta hal tersebut belum terjadi.
Sehingga ketika staf secara diam-diam mencoba cari tahu tentang besaran gaji bosnya, maka seakan-akan karyawan menjadi orang yang usil, ingin tahu banyak hal, dan dipersalahkan.
Oleh karena itu sangat diharapkan kepada para praktisi manajemen dan ilmuan bidang manajemen untuk mengkaji isyu ini dan dikaitkan dengan motivasi kerja, azas transparansi dan kesejahteraan.
Sehingga kedepan akan muncul inovasi dibidang sistim penggajian yang menganut Good Corporate Governance. Tidak ada salahnya jika perusahaan bersikap terbuka terhadap para staf dan karyawan soal besaran gaji para pimpinan.Â
Jika itu adil dan tidak timpang tentu saja para staf dan karyawan akan sangat memahami. Namun sekali lagi, jangan ditutup-tutupi. Yang ada malah muncul kecurigaan terhadap para manajer dan eksekutif perusahaan akan adanya permainan dan penyimpangan keuangan perusahaan.
Salam***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H