Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Jokowi dan Prabowo, Pilihan Politik ataukah Pilihan Hati?

22 Agustus 2018   21:03 Diperbarui: 23 Agustus 2018   15:19 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau memang itu baik, maka katakan dan akui bahwa itu baik, pun sebaliknya jika itu salah, dusta, pembohongan publik, maka sama-sama kita bongkar, perbaiki dan luruskan pemimpin yang salah. Tentu tetap dengan mengedepankan etika politik dan komunikasi yang bijak, luhur dan mencerdaskan.

Pilihan Politik ataukah pilihan Hati

Keduanya merupakan dua hal yang tidak sama, namun jika menyatu menjadi satu pilihan yang bulat. Maka efeknya luar biasa, menjadi pemilih yang loyal dan pilihan yang sangat mantap.

Saya kira itulah yang saat ini sedang diperjuangkan habis-habisan oleh kedua kubu kandidat. Bagaimana caranya mendapatkan pemilih yang setia dan loyal.

Sekedar sharing dengan pembaca, menurut saya jika Jokowi ataupun Prabowo Subianto sebagai pilihan politik, maka ia hanya ditempatkan pada kepentingan sesaat belaka. Politik hampir selalu berada pada kepentingan sesaat. 

Lebih tepatnya hanya suara kitalah yang diharapkan oleh kandidat. Begitu juga sebaliknya sekira pemilih menempatkan para kandidat sebagai pilihan politik, maka pertimbangannya adalah apakah mereka memiliki kapabilitas dan kapasitas sebagai pemimpin dalam jangka 5 tahun kedepan?

Sedangkan jika pilihan hati, nah inilah yang kadang-kadang para pemilih kehilangan akal sehat. Hati identik dengan perasaan, emosional dan hal-hal yang bersifat abstrak lainnya. Namun memilih karena hati biasanya melahirkan sifat fanatik terhadap kandidat. Memang ada kelebihan dan kekurangan.

Kekurangan sebagai pilihan hati biasanya mereka cendrung membela secara membabi buta, tak peduli apakah yang dibela itu benar atau salah. Bagi mereka hal itu tidak penting. Yang utama adalah kandidat yang mereka usung selalu terlihat sempurna, perfect tanpa cacat.

Padahal kondisi sesungguhnya tidaklah demikian, yang namanya manusia sekalipun ia seorang raja, pasti ada kesalahan dan kekurangan yang ia lakukan. Maka wajarlah jika ada pihak lain yang memberikan koreksi dan masukan. Dan itu hal biasa, tidak perlu ditanggapi dengan amarah, mencela, menghina. Toh yang disarankan adalah hal yang baik dan demi kebaikan.

Begitulah saudara ku, sharing sayai. Semoga ada manfaatnya, silakan buat kesimpulan sendiri.

Salam.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun