Jadi bisa dikatakan Ma'aruf Amin merupakan kuda hitam dalam pencalonan bakal cawapres bagi Jokowi. Munculnya tokoh MA dalam bursa cawapres benar-benar diluar dugaan banyak pihak. Bahkan lembaga survei pun tidak pernah mengajukan nama tersebut dalam survei-survei yang dilakukan.Â
Saya salut pada keberanian parpol koalisi yang berani melakukan panetrasi kepentingan politiknya dihadapan Jokowi. Partai nasionalis juga terlihat 'mati kutu'. Padahal mereka tidak pernah mempunyai agenda untuk mengusung tokoh agama sekaliber ulama.Â
Langkah politik partai nasionalis dengan ikut mengiyakan pilihan PKB (partai berbasis agama), mengindikasikan negosiasi politik partai nasionalis mundur selangkah. Ini tentu bagian dari strategi politik. Dengan mengalah sedikit demi kepentingan jangka panjang, maka mereka akan mendapatkan keuntungan jangka panjang.Â
Apalagi pemilu yang akan dihadapi pada tahun depan tersebut bukan hanya pilpres tetapi juga pemilu legislatif (pileg). Dan itu bersamaan waktunya. Artinya kalkulasi politik harus benar-benar diperhitungkan oleh partai politik jika ingin eksis di lima tahun kedepan.Â
Maka, menurut amatan saya, partai nasionalis yang terlanjur dicap sebagai partai anti Islam, partai pengusung penista agama, partai setan dan segala label negatif lainnya, menjadi faktor yang bisa mempengaruhi perolehan suara bagi pilpres dan pileg. Oleh sebab itu imej negatif  itu harus segera dibersihkan dari benak masyarakat Indonesia.Â
Nah, inilah momentum bagi partai nasionalis untuk melakukan reposisi politik di tengah-tengah masyarakat. Dengan menyorong Ma'aruf Amin sebagai cawapres maka persepsi bahwa anti islam, anti ulama, dan cap partai penista agama akan terbantahkan. Itulah yang saya maksudkan sebagai recovery politik oleh partai politik pengusung Jokowi yang sebagian besar juga partai yang pernah mendukung Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu.Â
Salam.[]