Manusia sejatinya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia senantiasa membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.Â
Jika ada manusia yang bersikeras ingin hidup tanpa orang lain, maka sejatinya ia tengah menghancurkan dirinya sendiri. Abdurrasyid Ridha dalam bukunya Memasuki Makna Cinta, sebagaimana dituliskan dalam buku Rabiah Al-Adawiyah menyebutkan ketergantungan dan hubungan antara manusia ini sebagai cinta.Â
Cinta sesama manusia tidaklah sesempit pandangan kaum remaja dan muda-mudi saat ini. Yakni hanya sebatas cinta antara pria dan wanita.Â
Pada hakikatnya, cinta sesama manusia bermakna mencintai semua orang tanpa melihat perbedaan status, agama, ras, kekayaan, jabatan dan sebagainya. Hal ini dikarenakan semua manusia pada asalnya adalah satu dan berasal dari yang satu.Â
Orang yang membenci orang lain berarti berarti telah mengingkari asal kemanusiaannya yakni Tuhan Yang Maha Mencintai. Oleh karena itu, manusia hendaknya bisa saling mencintai antara satu dengan yang lainnya.Â
Ketika seseorang membenci sesuatu, maka di hatinya muncul rasa ingin menjauhinya atau lari dari yang dibencinya atau terbit keinginan untuk melenyapkannya.Â
Demikian pula jika hati telah diliputi oleh cinta kepada Allah, maka segala sesuatu yang dapat membuatNya murka tentu dijauhi dan ditinggalkan serta berusaha melenyapkan keinginan nafsu yang jelek dapat membawa kepada amal-amal jahat dengan menghadirkan mahabah hati kepada Allah.Â
Perasaan atau suara hati menjadi penggerak seluruh perilaku manusia dalam semua kondisi. Dengan hati yang penuh diliputi perasaan cinta kepada Allah, dapat menimbulkan perasaan kasih sayang kepada makhluk ciptaanNya, baik kepada manusia, pada hewan, tumbuhan dan lainnya.Â
Cinta kepada Allah tidak membuat benci kepada selain-Nya dan berusaha hidup dalam kesendirian. Namun dengan cinta kepada-Nya melahirkan kasih sayang kepada sesama hamba-Nya sebagai makhluk Tuhan.Â
Dengan demikian mahabah Ilahiyah dapat menjadi sumber ketenteraman dan ketenangan jiwa manusia. Dan ini semua tentunya tidak bisa lepas dari tuntunan Al-Quran.Â
Rabiah Al-Adawiyah, yang merupakan sufi wanita pertama, mengajarkan kita berbagai hikmah bagaimana cinta tulus kepada Sang Pencipta dapat menghantarkan seorang hamba pada penyucian diri dan penyerahan diri yang penuh hanya kepada-Nya.