Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Petani Aceh Semakin Tidak Sejahtera?

4 Agustus 2018   15:45 Diperbarui: 8 Agustus 2018   15:07 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Penurunan NTP Provinsi Aceh sangat menkuatirkan, bagaimana tidak? Aceh yang dikenal sebagai basis pertanian bahkan digadang-gadang sebagai salah satu daerah sebagai lumbung pangan nasional tetapi tingkat pendapatan petani sangat buruk. Dengan kontribusi 27 persen lebih sektor pertanian terhadap PDRB Aceh. Ternyata nasib petani sangat termaginalkan dalam konteks ekonomi.

Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa rata-rata NTP tersebut tidak lebih baik dibanding tahun 2012 sebagai tahun dasar perhitungannya dan menurun sebesar 0,88 persen dibanding bulan sebelumnya.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Juli 2018 mengalami penurunan sebesar 0,07 persen dibanding periode sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh menurunnya It pada ketiga subsektor, yaitu Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat dan Peternakan, Kenaikan It subsektor tanaman pangan dan subsektor perikanan tidak dapat mendorong kenaikan It secara keseluruhan.

Selama Juli 2018, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,82 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada semua subsektor dengan peningkatan tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,95 persen, dan yang terendah terjadi pada subsektor peternakan sebesar 0,61 persen

Melihat data-data tersebut diatas, maka patutlah jika kesejahteraan petani di negeri ini tidak akan pernah sejahtera secara ekonomi. Jika pemerintah tidak mampu membenahi sistim kepertanian kita dan memperbaiki tata niaga sektor pertanian, pangan dan agro input.

Penyebab rendahnya NTP karena ada biaya yang dikeluarkan petani meningkat. Jika kita mengacu kepada hasil kajian lain ditemukan bahwa pengeluaran paling besar petani adalah biaya produksi pertanian dan konsumsi rumah tangga mereka. 

Artinya petani sebagai produsen pangan namun harga jual komoditas mereka rendah, giliran  mereka belanja sejumlah kebutuhan sehari-hari justru mahal.

Salam.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun