Kinerja ekonomi Pemerintah Aceh yang baru saja dikomandoi oleh pasangan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah belum menggembirakan. Target pertumbuhan ekonomi 5 persen diprediksi sulit tercapai.Â
Pasalnya pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan 1-2018 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama di tahun sebelumnya.Â
Meskipun pertumbuhan ekonomi triwulan 1-2018 mengalami pertumbuhan sebesar 3,34 persen year on year namun masih lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,58 persen (yoy).Â
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Aceh yang selalu melambat tersebut masih berada dalam rentang proyeksi Bank Indonesia yaitu sebesar 3,22%(yoy) -3,62%(yoy).Â
Menurut prediksi Bank Indonesia sendiri, perekonomian Aceh sepanjang tahun 2018 diperkirakan meningkat pada kisaran 4,02%(yoy) -4,02%(yoy) atau berpotensi lebih tinggi dibandingkan kinerja ekonomi tahun sebelumnya sebesar 4,19 persen.Â
Bahkan menurut laporan kajian ekonomi regional yang dikeluarkan oleh BI, pada triwulan III-2018 pertumbuhan ekonomi Aceh diperkirakan akan berada pada kisaran 4,62%(yoy) -5,02%(yoy) atau meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2018.
Namun itu hanya asumsi dan prediksi yang dilakukan oleh para analis perekonomian Bank Indonesia berdasarkan data-data yang ada.Â
Akan tetapi secara historis, kinerja ekonomi Aceh pada triwulan pertama 2018 memang mengalami penurunan. Kontribusi penurunan terdapat pada tiga sektor ekonomi Aceh, yaitu sektor pertambangan, industri pengolahan dan sektor administrasi pemerintahan yang mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya.Â
Realisasi APBD Aceh (baca APBA) periode Mei 2018 yang baru terealisasi sebesar 5,75 persen pada triwulan laporan menjadi pemicu utama terjadinya penurunan di sektor administrasi pemerintahan.Â
Sementara itu, adanya penurunan jumlah penambang komoditas pasir dan pasir besi menyebabkan penurunan di sektor pertambangan. Penghentian pemberian izin galian C oleh beberapa pemerintah kabupaten telah memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan tersebut.Â
Di sisi lain keterbatasan pasokan gas sebagai salah satu faktor input produksi menjadi sumber utama penurunan kinerja ekonomi sektor industri pengolahan. Apalagi pelaku industri pengolahan pada umumnya adalah skala rumah tangga dan UMKM.Â