"Seorang anak membutuhkan cinta kasih dan kepedulian hingga kepribadiannya akan tumbuh secara sempurna. Karenanya, orang tua hendaknya mampu mengasuhnya dengan baik dan hendaknya bertanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang penuh kasih sayang dan ketenangan." Dimas.Â
Pada zaman sekarang ini beberapa orang tua lebih mementingkan karir daripada keluarga. Hampir seluruh waktu mereka habiskan untuk bekerja, ke kantor atau melakukan pekerjaan profesionalnya.
Bukan hanya laki-laki yang sejak dulu diberikan tanggung jawab terhadap urusan mencari nafkah bagi kebutuhan keluarga, karenanya ia harus bekerja. Namun kini para wanita pun tidak ingin ketinggalan. Sehingga tidak ada perbedaan lagi antara laki-laki dan wanita dalam hal bekerja.Â
Berkembangnya pemikiran feminisme telah mendorong para wanita untuk menuntut hak dan kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki.Â
Bagi mereka membedakan-bedakan peran, hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan merupakan sebuah ketidakadilan yang harus dilawan. Mereka berprinsip bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan pada posisi yang sama, lalu mengapa wanita harus tunduk pada kekuasaan laki-laki.Â
Dengan demikian, maka bekerja dmana saja untuk membangun karir dan memperoleh pendapatan merupakan hak yang sama dan tidak boleh dilarang apalagi memaksa perempuan untuk tetap dirumah, mengurus anak-anak dan bergantung sepenuhnya pada laki-laki, oh tidak bisa!Â
Dalam konteks teori emansipasi, kebebasan bekerja diluar rumah bagi wanita adalah sebuah kemajuan yang berhasil dicapai pada zaman modern. Sebab itu, mengekang wanita dan memposisikan mereka hanya sebagai pelengkap bagi laki-laki pada era sekarang ini berarti kondisi telah kembali ke zaman batu.Â
Oleh karena itu tidak heran jika kita melihat sebuah keluarga atau suami-isteri pada masa kini sama-sama sibuk bekerja diluar rumah, membangun karir masing-masing. Sering kita temui setiap pagi pasangan suami-isteri sama-sama berangkat ke kantor.Â
Akibatnya adalah perhatian mereka terhadap keluarga menjadi nomor dua bahkan tidak menjadi prioritas lagi. Mereka lebih mengutamakan jenjang karir dengan segala prestise dan fasilitas yang diperoleh jika mereka dapat menduduki pada satu jabatan tertentu.Â
Untuk mengejar posisi mentereng tersebut, beberapa orang bersedia memberikan seluruh waktunya bagi pekerjaan tanpa mempedulikan keluarga dan anak-anak mereka. Apalagi jika suami-isteri justru bersaing sesama mereka untuk menunjukkan kehebatan masing-masing.Â
Jika situasi dan kondisi itu terjadi, maka tanda-tanda kehancuran sebuah keluarga sudah dimulai. Bayangkan saja, siapa yang mengurus rumah, anak-anak dan lain sebagainya sebagai sebuah keluarga jika seorang suami tidak pernah punya waktu dan perhatian untuk anak-anaknya, seorang istri yang menjadi ibu bagi mereka namun ia sangat sibuk dengan pekerjaannya di kantor.Â