Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Money

Gubernur Aceh Meresmikan Toko Tani Indonesia Center (TTIC)

11 Mei 2018   11:59 Diperbarui: 11 Mei 2018   14:38 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mewakili Gubernur, Sekda Aceh meresmikan Toko Tani Indonesia Center Provinsi Aceh (9/5), TTIC Aceh merupakan bagi dari program nasional untuk mengembangkan 5.000 unit TTIC di seluruh Indonesia yang digagas oleh Kementerian Pertanian.

Sebagaimana dikutip pada laman TTIC, Kegiatan Toko Tani Indonesia ini membawa misi untuk melindungi produsen dari jatuhnya harga dan disisi lain, melindungi konsumen dari tingginya harga pangan sehingga tercipta tata niaga pangan yang berkeadilan. Dengan kehadiran toko tani ini masyarakat dapat lebih mudah memperoleh bahan pangan dengan harga terjangkau.

Sekda Aceh Darmawan mengatakan "program TTIC bukan hanya fokus pada peningkatan produksi dan produktivitas petanu, tetapi juga menyangkut kemudahan distribusi dan penjualan agar lebih cepat dan menguntungkan para pihak baik itu petani maupun konsumen." (Serambi Indonesia, 11/5).

Menurut Gubernur Aceh yang diwakili oleh Darmawan, program TTIC sejalan dengan RPJM Pemerintah Aceh 2017-2022 sebagai salah satu program unggulan dalam rangka membuka akses seluas-luasnya bagi konsumen dan masyarakat terhadap kebutuhan pangan. Sehingga diharapkan dengan adanya TTIC sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Fenomena selama ini disinyalir penyebab rendahnya pendapatan petani dan tidak meningkatnya kesejahteraan mereka karena persoalan harga. Meskipun harga pangan tinggi namun pendapatan petani tidak bertambah. Sebab kenaikan harga tersebut lebih banyak dinikmati oleh para tengkulak dalam rantai distribusi.

Seperti pernyataan pada website TTIC yang menuliskan bahwa panjangnya rantai pasok komoditas pangan disinyalir sebagai faktor yang menyebabkan tidak efisiensinya tata niaga pangan. Hal ini diindikasikan oleh tidak seimbangnya perolehan marjin dari masing-masing pelaku pasar. Kondisi ini tentu saja menciptakan ketidakadilan dalam tata niaga pangan Indonesia. Bukannya petani semakin sejahtera namun pelaku pasarlah yang cepat kaya.

Selain itu, program TTIC dapat menjadi wadah untuk pemberdayaan kelompok-kelompok tani (Gapoktan) yang selama ini lebih banyak menjual hasil produksinya kepada penampung dengan harga di bawah harga pasar, maka dengan adanya TTIC bisa terbantu karena petani bisa langsung menjual hasil pertanian ke TTIC sebagai penjual ritel pangan. Dengan demikian petani dapat menikmati keuntungan yang lebih besar.

Di Aceh sendiri ketahui, sektor ekonomi unggulan adalah sektor pertanian. Sekitar 30 persen dari luas daratan Aceh adalah lahan pertanian dan perkebunan produktif. Maka tidak heran jika pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) lebih banyak disumbangkan oleh sektor pertanian hingga diatas 27 persen dari total PDRB Aceh.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun