Maka, yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana proses pemberian kredit oleh petugas bank tersebut. Patut diduga bahwa proses yang dilakukan tidak sesuai prosedur. Sehingga potensi kredit macet memang sudah diketahui sejak awal namun diabaikan atau tidak mampu di maintenance oleh bank.
Perekonomian Aceh
Kepala BPS Aceh Wahyudin mengatakan Perekonomian Aceh Triwulan IV-2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp37,77 triliun atau sebesar US$2,79 milyar. Sementara PDRB tanpa migas adalah sebesar Rp36,72 triliun atau sebesar US$2,71 milyar.
Ekonomi Aceh dengan migas secara kumulatif (c to c) hingga triwulan IV-2017 tumbuh sebesar 4,19 persen, pertumbuhan c to c tanpa migas adalah sebesar 4,14 persen. Bila dibandingkan triwulan lV-2016 (y-on-y) tumbuh sebesar 3,58 persen. Rendahnya pertumbuhan ekonomi Aceh bahkan di bawah rata-rata nasional bisa menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kredit macet.
Dalam rapat terbatas bidang perekonomian Presiden RI memberikan perhatian dan arahan khusus kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh untuk mengelola serta memanfaatkan seluruh potensi unggulan untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi di Aceh, sekaligus memberikan kesejahteraan bagi rakyat Aceh, fokus mengembangkan sektor unggulan, misalnya industri pertanian hingga penghiliran industri.
Dari berbagai data dan informasi yang telah diuraikan di atas, menurut penulis penyebab utama tingginya kredit macet di Aceh sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Aceh yang mengalami penurunan. sehingga menyebabkan proses bisnis yang dilakukan oleh debitur mengalami hambatan. Hal ini terlihat pada penurunan omset penjualan para pedagang di pasar-pasar di Aceh. Rendahnya daya beli masyarakat juga menjadi persoalan tersendiri dalam perekonomian Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H