Roda "Surabaya Bus" sudah lama ngaspal di jalanan Kota Pahlawan, dengan armada yang baru dan desain interior yang sangat menarik. Orang dari luar Surabaya pasti terkesima dan bangga melihat transportasi umum  seperti ini.Â
Akhir akhir ini pun telah beroperasi bus "double deck" yang dapat mengangkut lebih banyak penumpang dan bisa melihat keindahan taman -- taman kota Surabaya dari atas kendaraan, sangatlah menyenangkan. Namun pada kesempatan ini kami akan sedikit mengulas bagaimana dan seharusnya keberadaan Surabaya bus ini kedepanya. Karena dari pengamatan kami, pengguna daripada Surabaya bus masih sangat sedikit. Entah dari psikologi masyarakat perkotaan yang memandang transportasi umum itu lambat dsb, ataupun dari masalah teknis/ non teknis.Â
Pada tulisan ini kami akan sedikit menganalisis permasalahan tesebut berdasarkan hasil  perbincangan kami dengan masyarakat di berbagai kesempatan ngopi di warung giras seputaran Surabaya, Gresik dan Sidoarjo.
Pertama -tama yang menjadi kendalan saat ini dari Surabaya Bus adalah tidak terintegrasinya Surabaya bus dengan kabupaten sekitar, dalam hal ini sidoarjo dan gresik. Karena sebagian besar dari pekerja Surabaya tinggal di kedua daerah penyangga tersebut. Hal ini menyebabkan, para pekerja yang akan menuju ke Surabaya dan berniat untuk menggunakan public transportation menjadi terkendala, karena memang sulit dijangkau oleh mereka yang berada di pinggiran kota Surabaya.
Sebagai contoh kalau kita dari arah Sidoarjo harus menuju ke Bungurasih. Lebih jauh lagi, Surabaya bus hanya melayani rute Surabaya kota saja, daerah seperti HR Muhammad yang notabene juga akan mengarah ke daerah wiyung, lidah maupun Citraland memang belum terintegrasi. Jadi ini menyulitkan masyarakat daerah tersebut untuk mencapai atau berangkat dari daerah tersebut.
Kedua, tidak adanya kepastian waktu tiba bagi Surabaya bus dalam menempuh perjalanan. Karena Surabaya Buspun juga terjebak macet baik di pagi, siang, sore, bahkan malam hari membuat masyarakat malas menggunakanya. Lebih baik naik go-jek ride lebih lincah dan cepat.Â
Mau menggunakan angkot atau bis kota, yang kebayang hanya asap rokok, jorok, pengemudi ugal ugalan, dan waktu ngetem yang lama. Jadi berpikir dua kalilah kalau menggunakan trransportasi yang itu.
Ketiga, tiket menggunakan sampah sangatlah kreatif. Saat ini sedikit sekali orang yang enggak nyampah plastik tiap harinya. Namun menjadi masalah apabila kalau kelak kita akan menggunakan bus ini, namun tidak memiliki sampah plastik pada hari itu. Ini perlu dipikirkan karena kebutuhan transportasi hampir menjadi kebutuhan setiap hari, kapan saja dan setiap saat.
Keempat, jam operasional. Karena kebutuhan transportasi itu ibarat pemadam kebakaran yang harus standby 24/7, maka perlu dikembangkan lagi jam operasionalnya Surabaya Bus yang hanya melayani pelayanan mulai pukul 06.00 sd 22.00 dirasa kurang. Memang kita sadari bahwa Surabaya Bus baru berjalan beberapa bulan, namun ini penting karena transportasi perkotaan kedepanya sangatlah crucial.
Oke mungkin itu aja..  tapi ngomong - ngomong kan nggak enak kalau ngasih gambaran masalah, namun tidak memberikan pendapat untuk mengatasinya, maka ini kami tuliskan sedikit pandangan kami, yang juga berasal dari hasil Ngopi dengan kawan - kawan, kalau ini ngopinya di Cafe (naik kelas lah).
Masalah mengenai penyediaan Halte antar daerah penyangga/ Integrated Transportation dan perluasan Halte hingga batas kota Surabaya. Sebagai contoh untuk daerah Sidoarjo, mungkin bisa mengawalinya dengan membuka pos halte baru di daerah Bandara Juanda.Â
Selain Bandara kelak akan banyak calon penumpang, rute tersebut nantinya akan melalui bundaran Aloha yang mana menjadi titik macet di waktu -- waktu tertentu. Jadi kami berpikir bahwa masyarakat sidoarjo dapat mengakses Bus tersebut  dari Bandara Juanda maupun bundaran Aloha dan memarkirkan kendaraanya disitu.Â
Pengembangan Public Intergrate Transportation di Jawa Timur bisa dimulai dari Surabaya yang menjadi pusatnya, dan harus dikembangkan mulai sekarang supaya tidak keburu macet dan stuck di jalanan kalau baru dipikirkan besok besok, terlambat.
Masalah kepastian waktu sampai, berbicara hal ini memang sedikit rumit. Karena juga akan menggaggu pengguna jalan lain kalau arogant di jalan. Karena Surabaya Bus tidak boleh biyayakan juga dijalan. Harus smooth tapi cepet dan pasti. Maka yang perlu dibangun adalah, Private Wayfor Surabaya Bus. Ya ini menjadi satu -- satunya solusi bagi Surabaya Bus supaya tepat waktu dan orang -- orang akan berpikir. Aku kudunumpak Surabaya Bus mergo dekne bebas macet lan nduwe dalan dewe, bukan dalanembahe terus dienggo dewe, bukan.Â
Surabaya Bus memerlukan private way seperti Busway di Jakarta. Ini diperlukan persetujuan arek -- arek suroboyo untuk mewujudkanya. Boleh ta nggak Surabaya Bus diprioritaskan jalanya, karena ini kelak akan menjadi penyokong utama transportasi perkotaan di Surabaya.Â
Lha terus nasib pe sopir angkot, angguna dan bis kota yok opo Cak? Dia kelak juga akan menggunakan jalur private tersebut dengan berbagai syarat dan ketentuan yang diatur oleh dinas terkait, supaya tercipta transportasi yang aman dan nyaman bagi warga masyarakat.Â
Lebar Bis e kira kira gur 2,4 meter jadi perlu membuat separator kira kira aman e 3 meteran. Kecil lah nek dibandingkan dengan Jalan A.Yani, Darmo, HR Muhammad, Basra, Tunjungan dll iku ombo banget.
Masalah tiket, yo iki nek iso suk kudu mbayar nganggo duit barang Cak. Sebagai contoh, Cak Boyo kate mangkat kerjo soko Sedati Sidoarjo. Cuman bojone gur nduwe botol ukuran 1,5 liter 1 thok. (Liyane botol kecap lan botol beling, iki kan gak oleh) maka Cak Boyo kudu nambah duit semisal Rp.10.000 nggo oleh tiket e. Kalau punya 2 botol, bayare yo mudun misal Rp. 7.500. Mungkin dengan begini sedikit membantu bagi mereka yang pada saat itu kehabisan stok sampah. Dan uang dari hasil pembelian  tiket nantipun bisa digunakan Pemda untuk membiayai proses pengolahan sampah atau menggaji pasukan kuning yang bersih -- bersih tiap hari di kota Surabaya, suwun yo Cak wes disapu.
Jam operasional, nah ini menarik. Perlu di online kan Surabaya Bus ini, dibuatlah aplikasi semacam e-L.Bus atau kelak namanya apa (maksudku L iku kan plat nomore Surabaya). Di dalam aplikasi ini masyarakat akan mendapatkan informasi mengenai detail jam pemberangkatan, jam perkiraan tiba, jenis dan nomor lambung Bus, nama driver (bekne iso dipek mantu), rute yang dituju, order tiket, pembayaran (tapi kalau sampah tetap perlu dibawa dan disampaikan di Halte saat pemberangkatan) dsb. Dan 24 jam, atau dengan ketentuan di atas jam 22.00 sd 05.00 jumlah armada yang beroperasi di kurangi. Ini memerlukan research dan survey kepada masyarakat selanjutnya.Â
Untuk mendapatkan jam yang pas dan dengan pertimbangan bisnis serta efisiensi yang tepat. Sebagai contoh, Cak Suro pada hari senin membuka aplikasi e-L.Bus untuk membuat pemesanan tiket untuk digunakan pada hari Selasa, Maka Cak Suro Login dan dia berpikir untuk sekalian order buat seminggu kedepan, berangkat dan pulang kerja.Â
Maka dia mengisi form dan order serta mengupload foto botol plastiknya yang akan ditukarkan (bisa dengan uang). Kemudian dia close aplikasinya dan pada hari Selasa paginya dia sudah standby di Halte Bandara (AmargoOmahe Sedati) 15 menit sebelum Bus berangkat untuk proses tiketing. Tapi tanpa diduga Cak Boyo ditugaskan oleh Bossnya untuk lembur, maka Cak Boyo mereschedule jadwal kepulanganya lewat aplikasi tersebut. Dibatasi sampai 3x reshecedule, mergo mesakne admine. Kerjaanya banyak, dan nggak ngurusi urusan tikete Cak Boyo thok. Maka Cak Boyo memakluminya, meskipun awale oleh longgoh kursi, eh pas reschedule gak oleh kursi dekne berdiri. Gak masalah
 Jadi poinya adalah, pengembangan Surabaya Bus sangatlah diharapkan masyarakat. Tidak hanya masyarakat Surabaya saja, namun juga masyarakat dari luar Surabaya yang tinggal di sekitaran Surabaya karena mereka bekerja di Surabaya.Â
Surabaya Bus saat ini kesanya seperti Bus Pariwisata untuk keliling kota Surabaya saja belum menjadi sebuah MRT, MRT menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat saat ini, fenomena Gojek dan Uber menjadi solusi saat bagi masyarakat pada saat ini dengan harga murah dan lincah terhindar macet.Â
Namun kami harap Surabaya Bus atau nantinya Integrated Public Transportation kelak akan menjadi solusi kemacetan di Surabaya pada jam -- jam tertentu. Dan kami juga usul supaya kelak masalah ini diurus oleh Pemda, supaya tidak ada kapitalisasi bisnis. Supaya uangnya itu tidak masuk ke pribadi, bisa digunakan untuk operasional pembangunan atau menggaji tukang bersih -- bersih sampah. Jangan nambah lagi crazyrich Surabaian karena bisnis public transport ini (hahahahaha....), kalau ingin berinvest mungkin bisa bangun gedung -- gedung parkir di area -- area kota lebih greget dan menantang. Semoga ini bermanfaat, kurang lebihnya sepurane yo cak (Satria Kurniawan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H