Mohon tunggu...
Canggih Tri Satria
Canggih Tri Satria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan IPS

Saya memiliki hobi mendengarkan lagu dan menyanyi. Saya memiliki kepribadian introvert dan menyukai konten dengan topik sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hereditas dan Lingkungan dalam Proses Perkembangan

11 Oktober 2024   23:40 Diperbarui: 11 Oktober 2024   23:41 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hereditas merupakan pewarisan sifat-sifat biologis dari orang tua kepada anak melalui gen. Sifat-sifat ini mencakup berbagai aspek, seperti bentuk tubuh, warna kulit, sifat, kecerdasan, bakat, serta potensi terjadinya penyakit atau cacat tubuh. Faktor hereditas memainkan peran penting dalam membentuk karakteristik bawaan anak yang bisa diamati secara fisik maupun psikologis. Hereditas dianggap sebagai dasar perkembangan yang mempengaruhi intelektual dan kepribadian anak.

Selain hereditas, lingkungan juga memainkan peran krusial dalam proses perkembangan individu. Lingkungan mencakup faktor-faktor fisiologis, psikologis, dan sosio-kultural yang berpengaruh pada kehidupan seseorang. Faktor-faktor ini berinteraksi dengan kondisi fisik dan mental anak, serta menentukan kecepatan dan arah perkembangannya. Lingkungan yang mendukung dapat mempercepat perkembangan dan membantu bakat bawaan anak berkembang secara optimal, sedangkan lingkungan yang buruk dapat menghambat bahkan merusak potensi anak.

Pembahasan juga mencakup tiga teori utama yang menjelaskan pengaruh hereditas dan lingkungan dalam perkembangan, yaitu Teori Empirisme, Teori Nativisme, dan Teori Konvergensi. Teori Empirisme, yang dikemukakan oleh John Locke, menyatakan bahwa perkembangan individu sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. John Locke mengibaratkan manusia seperti kertas putih yang nantinya ditentukan oleh pengalaman dan pendidikan yang diterimanya. 

Di sisi lain, Teori Nativisme, yang dikemukakan oleh Arthur Schopenhauer, berpendapat bahwa perkembangan seseorang sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor bawaan atau hereditas, dan tidak bisa diubah oleh pengaruh lingkungan. Schopenhauer berargumen bahwa anak lahir dengan potensi bawaan yang baik atau buruk, dan lingkungan tidak berperan dalam mengubah kualitas tersebut. Teori terakhir adalah Teori Konvergensi, yang dikembangkan oleh William Louis Stern, dan merupakan gabungan dari dua teori sebelumnya. Stern menyatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh interaksi antara hereditas dan lingkungan. Bakat bawaan anak akan berkembang secara optimal jika didukung oleh lingkungan yang kondusif. Pendidikan dan lingkungan yang baik dapat membantu memaksimalkan potensi genetik yang sudah ada sejak lahir.

Kesimpulan menegaskan bahwa hereditas dan lingkungan saling berinteraksi dan memiliki peran yang penting dalam perkembangan individu. Sifat-sifat setiap individu merupakan hasil dari interaksi kedua faktor ini. Dengan kata lain, perkembangan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi merupakan kombinasi antara faktor genetik dan pengaruh lingkungan. Maka, setiap individu adalah produk dari hereditas dan lingkungan yang membentuknya sepanjang proses perkembangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun