Saat menjelang Natal, sebagai umat kristiani saya merasa tidak banyak yang dipersiapkan umat Kristiani di Indonesia.
Mendekor Gereja mungkin hanya dilakukan segelintir aktivis-aktivis gereja yang orangnya hanya itu-itu saja.Â
Para panitia Natal Sibuk mempersiapkan gereja supaya saat umat makin membludak di Malam Natal, umat tetap bisa mengikuti misa/ kebaktian dengan suasana khusyuk ( semoga benar pengucapan khusyuk saya :D ). Sepengetahuan saya, saya tidak punya teman yang memasang pohon natal di rumahnya.Â
Teman-teman saya di Luar Negeri pun tidak mengidentikan kekristenan dengan pohon Natal. Itu hanya tradisi perayaan natal yg tetap dipertahankan hingga sekarang. Dan itu memang tidak ada hubungannya dengan agama. Mungkin ini seperti tradisi makan ketupat saat lebaran ( maaf bila saya salah ).
Sebagai umat Katolik selain saya memaknai Natal secara Rohani saya memaknai Natal sebagai hari libur keluarga, saat saya bisa santai dan berkumpul bersama keluarga. Mungkin juga teman-teman. ( Natal adalah hari santai )
Namun ternyata hari raya umat Kristiani justru terasa lebih menyibukan bagi sebagian ormas islam yg sibuk melakukan razia Natal. Â WOWW..
Mereka menganggap orang yang memakai atribut Natal yang bagi kami tidak memiliki arti apa-apa sebagai bentuk mencampur"kan agama.
Sebenarnya saya menulis ini bukan untuk mencela pemikiran orang-orang itu, hanya saja saya tidak suka karena razia dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang dengan aksi yang sangat mengganggu dan menakutkan.
Dan seperti biasa polisi tidak dapat bertindak tegas, namun mereka mungkin tidak berani tegas karena takut dianggap menghalangi para pembela agama / atau mereka takut dianggap tidak pro dengan fatwa MUI.
Padahal saya kenal banyak teman muslim yang dengan sukarela memakai topi santa dan bando rusa tanpa paksaan dari bos.
Dan setelah kasus ini jadi pemberitaan media, MUI segera memberikan statement kalau ormas-ormas itu janganlah mengatas namakan fatwa MUI.Â