Mohon tunggu...
Candra Riya
Candra Riya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Perilaku Konsumen yang Baik dalam Perspektif Islam

15 Februari 2019   18:52 Diperbarui: 17 Februari 2019   11:24 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara pakar ekonom, namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi juga memiliki pengertian yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang melingkupinya. Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan mempunyai tujuan untuk memperoleh kepuasan dalam kegiatan konsumsi.

Dalam islam tujuan konsumsi bukanlah konsep utilitas melainkan kemaslahatan. Pencapaian maslahah tersebut merupakan tujuan dari maqasyid syari'ah itu sendiri. Maslahat dipenuhi berdasarkan pertimbangan rasional normatif dan positif, maka ada kriteria objektif tentang suatu barang ekonomi yang memiliki nilai maslahat atau tidak. Dengan kata lain, perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen dimana mereka dapat mengilustrasikan dalam membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan memperbaiki suatu barang dan jasa mereka. 

Dalam rasionalisme digunakan dalam ekonomi karena segala sesuatu dapat dirasionalkan sekali kita mengacu pada beberapa konsep aksioma yang relavan. Teori perilaku konsumen yang dikembangkan di Barat setelah timbulnya kapitalisme merupakan sumber dualitas, yaitu "rasinolisme ekonomik" dan "utilitarianisme". 

Rasionalisme ekonomik menafsirkan perilaku manusia sebagai sesuatu yang dilandasi dengan perhitungan cermat, yang diarahkan dengan pandangan kedepan dan persiapan terhadap keberhasilan ekonomik dan sebagai tongkat pengukur keberhasilan. Sedangkan utilitarianisme adalah sebagai sumber nilai-nilai dan sikap-sikap moral. 

Teori ini dikembangkan dengan memaksimasi pemanfaatan sebagai tujuan yang dipostulasikan. Teori perilaku konsumen dalam sistem kapitalis sudah melampau dua tahap. Tahap pertama berkaitan dengan teori marginalis, yang berdasarkan teori tersebut pemanfaatan konsumen secara tegas dapat diukur dalam satuan-satuan pokok. Pada tahap kedua yang lebih modern mengatur kemungkinan diukurnya dan kardinalitas pemanfaatan itu. 

 Dalam Islam, khusunya disiplin ilmu ekonomi islam peneliti senafas dengan perintah Allah Swt. kepada manusia untuk membaca ayat-ayatNya, yakni "Dijadikan indah pada (pandangan)manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup didunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik" (QS. Ali Imran: 14). Dari penjelasan diatas telah membentuk beberapa aturan, kaiah, dan konsep yang dapat dijadikan oleh konsumen sebagai pegangan dalam melakukan konsumsi. 

Dalam islam, perilaku konsumen harus menerminkan hubungan dirinya dengan Allah Swt. inilah yang tidak kita dapati dalam ilmu perilaku konsumsi konvensional. 

Dengan demikian, dia lebih memilih jalan yang di batasi Allah dengan tidak memilih barang haram, tidak kikir, dan tidak tamak supaya hidupnya selamat baik dunia maupun akhirat. Penghasilahan atau pendapatan yang diraih dengan cara yang halal akan digunakan untuk menutupij kebutuhan keseharian seorang konsumen muslimin.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Karim, A. Adiwarman, Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2015.
  2. Marthon, Said Sa'ad, Ekonomi Islam Di tengah Krisis Ekonomi Global, PT. Bestari Buana Murni, Jakarta Timur: 2001.
  3. Muflih, Muhammad, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, PT. Raja Grafindo, Jakarta: 2006.
  4. Mufid, Muhammad, Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan Kontemporer, PrenadaMedia Group, Jakarta: 2016.
  5. Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun