Mohon tunggu...
Analisis

Beda Eramas dan Djoss, Soal Tahu, Tidak Tahu, dan Sok Tahu

22 Juni 2018   13:58 Diperbarui: 22 Juni 2018   14:02 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: independensi.com)

Debat publik ketiga Pemilihan Gubernur Sumatera Utara telah berakhir. Debat publik terakhir ini diharapkan dapat membantu masyarakat Sumatera Utara menentukan siapa pemimpin yang akan dipilih untuk  lima tahun kedepan. Dari debat 1, 2 dan 3 itu, kami merangkum hal-hal yang diketahui, tidak diketahui, maupun yang sok tahu dari masing-masing Paslon:

1. Pada debat publik ke 2, Edy dengan jujur mengajukan pertanyaan atas ketidaktahuannya soal stunting pada Djarot, "Apa itu Stunting ?" Tanya Edy.
Stunting memang Istilah yang tidak populer, dan masih rancu digunakan di Indonesia.
Edy jujur pada apa yang tidak diketahuinya, tidak seperti pendukung Djoss yang mendadak tahu Stunting pasca nonton debat tersebut.

2. Seperti pada debat-debat sebelumnnya, pada debat ketiga kali ini, pun berulangkali Djoss menggiring isu Ramunia untuk menjatuhkan pamor Edy Rahmayadi, bahkan dengan menghadirkan Open Manurung, penggarap lahan di ramunia.  Tapi pada Debat ke 3 kali ini, Djarot mendapat "tamparan keras" dari Edy Rahmayadi.

 "Urgensi itu memang Ramunia, hanya saja ada orang yang sok tahu. Ramunia itu tanah Kodam, tanah negara. Kalau mau tanah urus sama negara, waktu itu tanggung jawab saya sebagai Pangdam" kata Edy, disambut tawa penonton debat di Hotel Santika Dyandra Medan, Selasa (19/6).

Bermaksud menyerang Edy, Djarot justru mendapat malu atas tidakpahamannya sendiri.

3. Setelah dipermalukan Edy, kali ini Djarot menunjukkan ketidakpahamannya. Dengan penuh percaya diri, Djarot menjelaskan soal Reformasi Agraria pada debat Publik ke 3, hingga  Djarot tanpa sadar melakukan kesalahan besar dengan mengatakan PTSL adalah kepanjangan dari Pendaftaran Tanah Perkebunan Sosial. Yang benar, PTSL itu akronim dari Pendaftaran Tanah Sistematik Langsung. Djarot salah, persoalan tanah tidak ada korelasinya dengan Dinas Sosial. hehe..

4. Pada segmen selanjutnya di debat publik ketiga. Djarot dengan ketidakpahamannya, berulangkali Djarot menggiring isu Korupsi mantan Gubsu Gatot Pujonugroho dengan Cawagubsu Musa Rajekshah atau akrab disapa Ijeck. Padahal, Komisi Pemberantasn Korupsi ( KPK ) tidak pernah menetapkan Ijeck sebagai tersangka.
Penggiringan opini oleh Djarot itu lebih mendekati fitnah. Pun, rasa-rasanya Djarot tidak perlu lagi membahas Gatot, mantan Gubsu itu telah mendapat ganjaran atas kesalahannya. Sebenarnya pun, di dalam tubuh Djoss sendri terdapat mantan narapidana koruptor. Syamsul Arifin, mantan Gubernur Sumut sebelum Gatot, juga terjerat kasus korupsi. Kini, Syamsul mendukung Djoss. Djarot saat ini  menempati rumah Syamsul Arifin, selama berlaga di kontestasi Pilgubsu. Berbeda respon soal Gatot, mengenai Syamsul, Djarot seperti pura-pura tidak tahu saja.

5. Cawagubsu Musa Rajekshah atau Ijeck terlihat lebih memahami persoalan Human Trafficking. Bukan hanya wacana dan teori semeta seperti yang disampaikan Djarot, Cawagubsu nomor urut 1 Musa Rajeksah, bahkan pernah memulangkan Korban Human Trafficking asal Kediri. Selama ini, Ijeck memang dikenal publik Sumatera Utara sebagai aktifis kemanusiaan, jauh sebelum kontestasi Pilgubsu.

6. Dalam satu sesi, muncul pertanyaan soal pemberantasan narkoba.
Sebagai Ketua PMI Kota Medan, Ijeck mestilah sangat anti Narkoba, karena seorang pendonor darah haruslah orang yang darahnya bebas Narkoba, pun sebagai aktifis palang merah tentulah Ijeck lebih tahu soal pemberantasan Narkoba.  Berbeda dengan Ijeck yang lebih menekankan pada tindakan tegas aparatur hukum terhadap Pengedar, pada sesi ini Sihar lebih menekankan perlakuan manusiawi pada Pecandu.  Apa Suara Pecandu di Sumut yang mencapai 450.000 itu pun mau digarap juga sama Sihar ? hehe

Nah, Sudah tahu kan bedanya mana yang tahu, tidak tahu, dan sok tahu ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun