Mohon tunggu...
Cerita Pemilih

Djoss dan Jurus Mabuk di Pilgubsu

28 Mei 2018   14:24 Diperbarui: 28 Mei 2018   17:12 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kontestasi Pilkada Sumatera Utara yang semakin mendekati hari pencoblosan, membuat kedua pasang calon yang tengah berlaga mengeluarkan segala daya dan upaya untuk memikat hati masyarakat Sumut ( bukan Syumut ). Ada yang terkesan wajar, ada pula yang berlebihan. 

Ada dengan cara-cara lurus, juga ada yang 'bengkok' dan melanggar aturan. Semuanya itu dilakukan demi satu tujuan yang sama: Memenangi kontes dan duduk sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara.

Adalah pasangan nomor urut 2, Djarot Syaiful Hidayat & Sihar Sitorus ( Djoss ), Paslon yang ditugaskan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) untuk memenangkan Kontes Pilgubsu 2018, dimana Sumatera Utara termasuk basis suara terbesar PDIP diluar Jawa, karenanya kontes ini mesti dimenangkan. 

Sebagaimana  ultimatum yang disampaikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri, bahwa memenangkan Djoss adalah wajib hukumnya, barangsiapa kader PDIP yang tak turut serta memenangkan akan terancam dipecat. Karenanya segala macam cara dilakukan untuk memenangkan Djoss, tak perduli cara apapun yang penting menang. Seperti kata orang Batak, Ribak Sude!

Beratnya beban di pundak Kader dan Pengurus PDIP Se-Sumut untuk memenangkan Djoss, membuat mereka akan melakukan apapun termasuk jurus mabuk. Soal apakah caranya haram itu nomer 2, yang penting nomer 1 itu menang di Pilgubsu. Misalnya saja, Djoss bagi-bagi Surat Keterangan ( Suket ), bagi-bagi sembako bergambar Djoss hingga bagi-bagi duit. Meski bukan cara yang bermartabat, apapun tetap  dilakukan Djoss demi kemenangan.  Pun, tak satupun dari laporan masyarakat terkait dugaan pelanggaran yang dilakukan pihak Djoss itu mendapat penanganan serius dari Bawaslu Sumut.

Bukan hanya kerap melanggar aturan, demi memenangkan kontestasi, pasangan Djoss juga melakukan sejumlah keanehan, tak wajar, mengada-ngada. Misalnya, yang terbaru pada Minggu ( 27/05 ) Sihar Sitorus menghadiri nonton bareng Final Liga Champions. Kehadiran Sihar ditengarai sebagai bentuk kampanye dan pencitraaan demi merebut suara anak muda dan pecinta sepakbola yang jumlahnya cukup banyak di Kota Medan. 

Kehadiran Sihar Sitorus pun mendapat penolakan dari berbagai komunitas pencinta sepakbola. sejumlah fans klub sepakbola  yang hadir di acara nobar itu menyatakan bahwa suasana Nonbar yang seharusnya jauh dari hiruk pikuk perpolitikan malah tercederai dengan kehadiran Sihar Sitorus.

Namun, kompetisi ini tetaplah mesti dimenangkan. Paslon Djoss dan Tim Suksesnya yang diketuai Djumiran Abdi, yang merupakan ayah kandung komisioner bawaslu Aulia Andri akan melakukan berbagai cara agar Djoss keluar sebagai pemenang. 

Padahal menurut kami sedari awal ini adalah sebuah kesia-siaan. Mestinya PDIP mengusung orang lokal, bukan malah tidak percaya pada potensi kadernya yang orang lokal sehingga harus 'Import' seorang Djarot Syaiful Hidayat.  Pun, PDIP ketika memasukkan nama Djarot-Sihar, seperti bekerja sendiri, karena Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) Sumatera Utara sebagai Partai Islam, tegas menolak mendukung Djarot dan Sihar Sitorus yang Non Muslim.

Segala cara telah dilakukan, bermacam jurus telah dikeluarkan termasuk jurus terakhir yaitu Jurus Mabuk. Sungguh suatu tindakan yang sangat tidak terpuji dan telah mencoreng alam demokrasi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun