Mohon tunggu...
Candra Sagala
Candra Sagala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Masuknya Agama Kristen di Papua

1 November 2021   08:00 Diperbarui: 1 November 2021   08:08 3314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Papua memiliki kurang lebih 251 suku dan sub suku dengan ragam budaya yang berbeda-beda. Keragaman budaya ini terbentuk oleh beberapa sistem yang berkembang di setiap masyarakatnya. Tidak heran jika ditemukan banyak perbedaan diantara keragaman budaya di Papua.

Sebelum masuknya Agama Kristen ke Papua, masyarakat Papua telah memiliki kepercayaan sendiri. Masyarakat Papua percaya bahwa dalam kehidupan ini mereka dilindungi oleh roh nenek moyang mereka. Masing-masing suku mempercayai adanya satu dewa atau tuhan yang berkuasa atas dewa-dewa. Misalnya pada orang Biak Numfor, dewa tertingginya disebut “Manseren Nanggi”; orang Wandamen menyebut “Syen Allah” dan orang Moi menyebut “Fun Nah”.

Pada tanggal 5 Februari 1855 di Pulau Mansinam, Teluk Doreh, Papua Barat, datanglah dua orang misionaris asal Jerman, yaitu Carl Willhelm Ottouw dan Johan Gottlob Geissler yang diantar oleh Kesultanan Tidore. Ottouw dan Geissler melakukan pelayaran dan singgah di Batavia, Makassar, Ternate, dan akhirnya tiba di Pulau Mansinam. Mereka bersujud dan berdoa, lalu menyatakan bahwa seluruh pulau dan Papua telah dibaptis. Tanggal 5 Februari menjadi hari libur resmi di Papua yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi Papua pada tahun 2008 silam.

Masuknya Agama Kristen di Papua berawal dari seorang pendeta berdarah Jerman, bernama Johannes Evangelist Gossner yang termasuk salah seorang yang memikirkan cara mengkonversi orang menjadi penganut agama Kristen. Gossner mengaku telah bertobat dari Kristen pencerahan ke Kristen Pietis bersama dengan rekannya Otto G. Heldring dan membuat berbagai kebaktian rohani bertajuk The Reveil (Kebangkitan) di berbagai gereja liberal di Belanda pada Juli 1837.

Gossner dan Otto berhasil meyakinkan banyak anak muda untuk menjalani kehidupan saleh dan menjadi misionaris ke berbagai belahan dunia. Ottouw dan Geissler termasuk dalam banyaknya anak muda yang diyakinkan untuk menjadi misionaris Kristen. Misi dua misionaris ini dimulai dengan studi budaya dan bahasa orang-orang pulau Numfor dan berlanjut menjadi misi “perdagangan”.

Kedatangan dua misionaris ini menjadikan Pulau Mansinam sebagai pusat penting bagi penyebaran injil di Papua. Masyarakat Mansinam menjadi yang pertama memeluk Agama Kristen di Papua.Ottouw dan istrinya juga membuat sekolah putri pertama di Papua pada tahun 1857. Pada tahun yang sama, Nyonya Ottouw membuka sekolah putri di Kwawi menggunakan salah satu ruang di rumahnya sebagai ruang kelas.

Ottouw dan Geissler menjadi orang yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan masyarakat di sekitar Manokwari. Bukan hanya menyebarkan Agama Kristen, mereka juga menularkan keterampilan yang mereka miliki. Ottouw memiliki kemampuan menenun dan mengajarkannya kepada masyarakat suku Numfor. Begitu juga dengan  Geissler yang memiliki kemampuan sebagai tukang kayu mengajarkan cara membangun rumah kepada masyarakat suku Numfor juga.

Saat ini, terdapat sejumlah peninggalan bersejarah di Pulau Mansinam. Misalnya tugu peringatan berupa Prasasti Salib yang menjadi tanda masuknya Agama Kristen di Pulau Mansinam. Ada juga sisa peninggalan bangunan gereja yang sekarang hanya tersisa pondasi yang merupakan gereja pertama yang dibangun oleh Ottouw dan Geissler. 

Pemerintah juga memberikan penghargaan terhadap sejarah peradaban di Papua dengan membangun patung Yesus Kristus yang tingginya mencapai 30 kilometer yang terletak di Mansinam. Pada tanggal 5 Februari, biasanya Pulau Mansinam akan didapati pengunjung di seluruh wilayah Papua dan di luar Papua untuk memperingati hari perkabaran injil di tanah Papua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun