Peranan sumber daya manusia Indonesia dalam bidang minyak dan gas bumi tidak terlepas dari sejarah penemuan minyak di Indonesia. Dalam peradapan dunia minyak bumi sudah diketahui sejak masa peradaban cina dan timur tengah. Minyak ini ditemukan sebagai rembesan dan digunakan sebagai penerangan dan bahan bakar. Penyelidikan dan penambangan secara komersial baru dilakukan pada tahun 1859 ketika Kolonel Edwin L Drake melakukan pemboran sumur minyak pertama di Titusville, Pennsylvania, Amerika Serikat. Keberhasilan Drake dalam menemukan sumur minyak ini menyebar ke seluruh dunia dalam upaya pencarian minyak.
Pencarian minyak ini sampai di tanah Indonesia ketika Jan Reerink menemukan rembesan minyak (oil seepages) di kaki gunung ciremai (cibodas). Sayangnya usaha pemboran di lokasi ini tidak berhasil menemukan cadangan yang ekonomis. Akhirnya 12 tahun kemudian seorang petugas perkebunan belanda, Janszoon Zijlker melakukan pencarian minyak bumi di sekitar langkat (Talaga Said) , Sumatera. Kemudian pada tanggal 15 Juni 1885 Zijlker berhasil menemukan cadangan minyak yang cukup ekonomis di sumur telaga tuggal I di kedalaman 121 meter. Sumur ini berproduksi selama lebih kurang 15 tahun. Penemuan ini kemudian disusul dengan penemuan minyak di daerah lain di Indonesia antara lain di Ledok (Cepu, Jawa Tengah), Muara Enim (Sumatera Selatan), Sanga – Sanga di Kalimantan Timur.
Banyaknya penemuan ini kemudian tidak hanya dinikmati oleh perusahaan minyak, bahkan perusahaan perikanan dan transportasi yang sekarang dikenal dengan Dutch Shell ikut mendapatkan untung yang luar biasa dalam usaha trasportasi minyak ini. dari minyak bumi Indonesia Shell dapat berkembang menjasi salah satu dari perusahaan minyak dunia.
Pada masa kemerdekaan eksploitasi minyak ini dilakukan oleh perusahaan yang didirikan oleh para pejuang. Permiri (Peroesahaan Minjak Repoeblik Indonesia ) didirikan di Sumatera Utara. Permiri ini kemudian berubah nama menjadi Permina. Selain itu asset perusahaan Shell di Jawa kemudian diambil alih oleh serikat buruh yang berafiliasi dengan komuni kemudian diubah menjadi Permigan. Sedangkan sisa aset Shell kemudian diambil alih oleh pemerintah dan diubah menjadi Pertamin. Sampai akhirnya pada masa orde baru perusahaan minyak nasional ini kemudian digabungkan menjadi PT Pertamina.Setelah itu dimulailah peranan PT Pertamina dalam mengelola minyak bumi Indonesia.
Pada saat itu produksi minyak Indonesia sangat besar sehingga menyebabkan booming minyak. Bahkan pada waktu itu Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Pada saat itu negara timur tengah belum menjadi pemain utama dalam industri minyak dunia. Selain itu pada masa itu dari devisa yang dihasilkan dari penjualan minyak , Indonesia membangun berbagai kebutuhan dasar masyarakat seperti rumah sakit, sekolah, irigasi dan jalan. Berbagai proyek prestisius dibangun dari dana minyak saat itu seperti pembuatan pesawat nasional (PT DI), industri baja (Krakatau Steel), industri kapal (PT Pal) bahkan bidang kesehatan (Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Selain dana yang dihasilkan booming minyak saat itu menghasilkan beberapa perusahaan kontraktor dalam negeri yang berkembang pesat terutama pengusaha pribumi yang berada dalam asuhan (Ginanjar Kartasasmita). Selain itu booming minyak ini menghasilkan para ahli di bidang perminyakan. Dari sinilah kemudian para ahli Indonesia berkembang dan diakui di dunia internasional.
Para pekerja dan ahli ini kemudian bertebaran ke timur tengah ketika produksi minyak Indonesia merosot dan di timur tengah ditemukan cadangan migas dalam jumlah besar. Para pekerja ini sangat diakui di dunia internasional. Para pekerja ini terutama di bidang pemetaan (Foto satelit), eksplorasi (Geologi, Geofisika, dan Reservoir) , pemboran, produksi dan bahkan sampai pengelasan pipa minyak (welder). Para ahli asal Indonesia ini terutama mengisi para pekerja asal Amerika dan Eropa. Para pekerja Indonesia ini disukai karena selain berkualitas gaji dan permintaan tidak sesulit pekerja asal Amerika dan Eropa. Bahkan setiap tahun para perusahaan luar negeri lansung menseleksi para lulusan perguruan tinggi Indonesia untuk kemudian dilatih dan dididik di luar negeri.
Bahkan salah satu perusahaan migas nasional (Medco) mengeluhkan adanya tawaran kerja yang menarik bagi karyawannya sehingga menyebabkan para pekerjanya pindah ke timur tengah. Hal ini membuktikan bahwa para ahli ini sangat dimininati perusahaan internasional.
Menurut Hilmi Panigoro, alasan perusahaan-perusahaan pertambangan luar negeri melirik senior geologist asal Indonesia karena Indonesia telah mengelola minyak lebih dari 100 tahun. Maka, geolog-geolog asal Indonesia dinilai juga tak kalah pengalaman. “Dan, yang terutama, tenaga ahli kita cenderung bisa digaji lebih murah dari ekspat-ekspat Amerika,” cetus Hilmi. Adik kandung pengusaha Arifin Panigoro ini menggolongkan senior geologist sebagai profesi dengan tingkat turnover yang termasuk paling tinggi saat ini.
Selain menghasilkan pekerja yang ahli dan terampil industri migas di Indonesia juga menghasilkan beberapa turunan dari hasil minyak antara lain berupa pabrik pertokimia di gresik, pabrik pupuk di Arun, hingga industri kapal kargo gas. Industri migas inilah yang mendukung adanya nilai tambah di industri lain. Bahkan beberapa perusahaan dapat mandiri saat industri migas Indonesia mengalami kemerosotan.
