Memasuki awal tahun 2018 mayarakat langsung dihadapkan dengan masalah harga pangan yang naik cukup dratiS. Harga beras,telur,dan cabai merangkak naik seiring dengan datangnya musim penghujan. Kenaikan ini terjadi sejak bulan desember , bahkan BPS mencatat kenaikan bahan pangan ini menyumbang inflasi sebesar 2.26 % secara bulanan (sumber: cnnindonesia.com) Â Berbagai harga pangan yang naik ini sangat perlu diwaspadai karena akan berlanjut jka tidak ditangani dengan sungguh - sungguh.Â
Musim hujan yang terus menerus dikhawatirkan akan menghambat panen dan distribusi barang antar kota. Selain itu bencana alam seperti banjir dan longsor akan banyak mengakibatkan lahan pertanian terdampak gagal panen. Musim hujan yang berkepanjangan ini akan berlanjut sampai bulan Februari hingga Maret 2018. Berbagai kebutuhan pokok pangan ini jika tidak diwaspadai akan berdampak terhadap inflasi tahunan.
Seperti pengalaman tahun - tahun sebelumnya inflasi pangan memberikan sumbangan yang cukup besar untuk inflasi tahunan. Kenaikan harga bahan pangan pokok seperti beras , telur, dan cabai akan semakin memukul daya beli mayarakat di tingkat bawah (cendananews.com). Terutama harga pokok beras yang fluktuatif akan mengakibatkan bertambahnya jumlah keluarga miskin di indonesia. Berdasarkan data BPS beras merupakan salah satu pengeluaran terbesar keluarga miskin indonesia selain rokok  (kompas.com) . Gejolak harga ini akan sangat berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan di Indonesia.
Peningkatan harga ini diakibatkan dengan pemotongan produksi minyak mentah OPEC, tidak tercapainya produksi minyak Amerika Serikat , memanasnya politik Iran (timur tengah) ,hancurnya negara ISIS serta prediksi ekonomi dunia yang tumbuh di atas 3 % setelah stagnan selama 3 tahun.  Pertumbuhan ini akan menaikkan permintaan minyak mentah dari negara - negara importir. Harga acuan minyak mentah ini akan mengakibatkan tekanan harga BBM di Indonesia. Terutama harga ICP ( Indonesia Crude Price ) pada APBN 2018 yang  dipatok di level 50 US dollar per barel.
Kenaikan harga ini akan berdampak pada subsidi BBM , gas LPG 3 kg , dan harga listrik di indonesia. Â Jika harga energi ini tidak naik akan berdampak terhadap defisit APBN 2018. Terutama di tahun menuju pemilu 2019 pemerintah akan menjaga harga energi tetap stabil dan akan berakibat terhadap APBN 2018.Â
Opsi tidak populis seperti menaikkan harga BBM akan dihindari dan akan berdampak pada naiknya inflasi yang akan memukul daya beli kelas bawah. Hal ini terutama dihindari setelah di awal tahun 2017 pemerintah telah mencabut subsidi listrik yang menyasar masyarakat golongan bawah (golongan 900 KWH) dan berakibat menurunnya daya beli masyarakat .
Kenaikan harga acuan batubara ini disingkapi pemerintah dengan akan mengeluarkan aturan DMO (Domestic Market Obligation) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam negeri. Aturan ini diharapkan dapat memberi kepastian harga acuan batubara dalam negeri sehingga akan membuat harga lebih murah dibandingkan harga pasaran (bareksa.com) . Sayangnya aturan ini mendapat tentangan keras dari produsen - produsen tambang batubara karena akan menurunkan investasi di bisnis batuabara. Pemerintah masih mengkaji aturan harga batubara agar harga dasar listrik tidak terdampak dari naiknya harga energi primer.
Sentimen Positif Sektor Komoditas