Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Serial NCIS, Awal yang Nggak Kayak Sekarang

23 Maret 2017   17:09 Diperbarui: 24 Maret 2017   21:00 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ngobrolin NCIS berarti ngobrolin dua awal, NCIS yang diperkenalkan JAG dan NCIS yang episode pertamanya hadir dalam pesawat. Pertanyaannya mana yang anda pengen tahu? Yang dimulai dalam pesawatkah? Klo gitu saya akan ngobrol sedikit soal backdoor pilot-nya aja.

NCIS, seperti kita semua tahu nggak bisa dilepaskan dari sosok Leroy Jethro Gibbs. Laki-laki yang dingin, logis, nggak punya perasaan, namun tahu caranya berinteraksi dengan anak, bercengkrama dengan mereka. kesan itu bahkan sudah tertangkap  ketika Gibbs mencoba menenangkan seorang anak yang menemukan korban tergeletak di rawa, bersamaan dengan anak panah yang tidak sengaja diluncurkannya beberapa saat sebelum itu. 

Secara alamiah, Gibbs yang mendekati Tommy, anak tadi, yang nongkrong di pojokkan, sedih. Gibbs-lah yang meyakinkan Tommy bahwa apa yang baru saja dilihatnya nggak akan membuatnya takut. Membujuk Tommy agar menutup mata dan mengatakan “I won’t dream about her”.  Saya tidak ingin memimpikan kejadian yang barusan saya liat. Apa yang Gibbs lakukan cukup berhasil. setidaknya untuk saat itu. Mengingat Gibbs menggunakan kata saya. Saya berarti Gibbs juga ikut menutup mata dan mengucapkan kata-kata yang sama setiap kali melihat kejadian yang nggak menyenangkan.  

Kebapakan, kata Amy R. Neeman dan David Newman, dalam buku yang disunting Edward A. Janak dan Denise F. Blum, The Pedagogy of Pop: Theoretical and Practical Strategies for Success, bukan hanya bagi anak-anak yang hadir menghiasi episode-episode NCIS tetapi juga mereka yang bersifat kekanak-kanakan, layaknya Antony DiNozzo Junior.

NCIS provides a good example of unrelated characters who seem to take on family roles. Jethro Gibbs leads a team of Naval Criminal Investigative Services agents, including the younger Tony, McGee, Ziva, and Abby. James Coon, in “A Metaphorical Analysis of NCIS” (2010) highlighted the familial elements in the show. He saw Gibbs as the father figure, Tony as the older son (“frat boy”), McGee as the younger brother, and Abby as the favorite daughter. Commercials for NCIS likewise reinforce the workplace family relationships, albeit quirky,among these characters

Bukan DiNozzo, namanya, kalau melewatkan kesempatan kesempatan duduk dan berfoto ria, dengan pose santai,  di meja kerja kepresidenan mumpung ada peluang, meskipun ruangan itu tengah menyandang status sebagai tempat kejadian perkara. Sikap kekanak-kanakan yang sebenarnya bisa menyambangi siapa saja.  Tidak harus DiNozzo. Kita mungkin akan melakukannya juga apabila kita mendapat kesempatan yang sama.  Gibbs? Cuman kebelet pipis, trus nyelonong ke toilet presiden. Logis banget.

Hanya saja, sifat pengayom nan tegas ini belum sepenuhnya tampak di episode pertama NCIS, apalagi versi backdoor pilot-nya. Pada episode perdana, bisa dipahami, Gibbs lebih banyak berinteraksi dengan Caitlin (Kate) Todd, mengungkap misteri pembunuhan yang terjadi dalam Air Force One, pengawal presiden yang menariknya justru terlihat rapuh dan terguncang. 

Wajar, ketika korban, seorang tentara, pertama kali menjejakan kaki di  Air Force One, jatuh di depan matanya, di depan mata pengawal presiden, di dalam pesawat yang otomatis berstatus gugur sebagai pesawat kepresidenan (untuk sementara)  lantaran statusnya otomatis melekat pada sosok presiden yang ada di dalamnya, terlebih ketika, sosoknya, dan sosok yang sehari sebelum kejadian, diakui dekat dekatnya, masuk dalam lingkaran tersangka, lewat uji toksisitas yang dilakukan ahli forensik nan eksentrik Abby Scuito. Kate yang tegas, penuh perhitungan, formal luruh seketika, ketika disudutkan dalam salah satu toilet pesawat kepresidenan yang berukuran tak lebih dari 2x1 meter, dibentak dan dimasukkan dalam lingkaran tersangka, oleh Gibbs. Histeris dan panik. Reaksi yang boleh jadi bagai pisau bermata dua. Kate memang tersangka atau sekedar tersangka.

Itulah Gibbs yang kurang lebih kita kenal sekarang. Pemimpin yang menggunakan cara sehari-hari untuk mengetahui tabiat seseorang yang kita anggap terlibat sesuatu yang tidak menyenangkan. Gibbs yang sosoknya tidak akan kita bayangkan akan hadir empat setengah bulan sebelumnya lewat JAG.

Gibbs yang dulu tetap tidak terlalu suka aturan, aturan protokoler, hanya saja Gibbs yang dulu terkesan lebih ramah, sabar, dan murah senyum apabila dibandingkan dengan Vivian Blackadder, rekan kerja perdana DiNozzo. Singkat memang, hanya dua episode, Ice Queen dan Meltdown. Sosok yang mungkin nggak akan terlalu diingat, kalau kita memang ingin menikmati 324 episode NCIS sejauh ini dari awal. Saya sendiri mengulang season-season awal hingga tiga sampai empat kali dan memutar  kembali backdoor pilot untuk kali kedua setelah selang empat hingga lima yang lalu tahun. Sosoknya seperti tak diberi kesan dekat. Berbeda mungkin berbeda apabila diberi ruang lebih banyak. Mungkin bukan ruang buat ngebodor.

Kate yang terlihat tangguh selama betugas bagi secret service, bisa terlihat teramat jahil ketika berada di dekat DiNozzo. Saling meledek satu sama lain layaknya kakak adik. Ziva yang lebih muda sama sekali tak sungkan untuk mencela Tony. Menganggapnya sebagai sasaran bully. Chemistry yang justru lebih dinanti dari kisah aksinya sendiri. Canda antara keduanya membuat suspense terasa lebih segar. Ikatan persaudaraan terasa amat kuat tanpa sekat. Kekakuan Gibbs dan kekocakan DiNozzo, di sisi lain, justru mencipta keunikan tersendiri di sela-sela cerita yang terbilang serius, termasuk melalui adegan ikonik, slaping head, Gibbs menepuk belakang kepala DiNozzo tiap kali Dinnozo tampak ngocol pada situasi yang tak seharusnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun