Ketika makin tuwa, saya baru ngeh, ternyata saya adalah fans mangaka Go Nagai dan para sejawatnya. Emang pas masih rada imut, saya cuman nikmatin aja proses pesawat-pesawatan Getter Robo G (yang sempat tayang di beberapa) gabung jadi robot, plus ngelawan robot musuh yang bentuknya keren pada masanya dengan bentuk yang bisa dibilang antagonis, tanpa bener-bener ngeh jalan ceritanya.
Terlebih suara melengking khas dubber eh  seiyu senior kenamaan,  Kamiya Akira, yang juga sempat jadi pengisi suara pertama Kogoro Mouri, bikin ceritanya lebih gereget.  Â
Gaiking yang juga sempat nongol di tv nasional juga sama. Meski klo ada yang nanya ceritanya gimana, saya akan dengan pedenya menjawab, nggak ngerti atau nggak tau, saya doyan-doyan aja nontonnya karena saya bisa ngeliat pesawat segede naga yang bentuknya sama sekali nggak ada bagus-bagusnya bisa jadi robot (yang jujur baru sempat saya nikmatin episode terakhirnya dengan rada malu-malu kali dua tahun terakhiran ini dengan jiwa ngakak yang luar biasa).
Maklum ending berasa satire ala Gaiking konon kliatan keren pada zamannya, dan mungkin masih amat relevan pada zaman sekarang, terutama ketika robot ma Artificial intelligent makin marak belakangan. Cuman penyampaiannya yang terasa lugu bikin jalan ceritanya terasa ketinggalan zaman, nggak pake rada. Â Â
Terus terang ide, kartun jepang robot-robotan zaman dulu emang nyeleneh tapi patut diacungi jempol. Kek "Tosho Daimos" yang ngegabungin unsur tractor/truk semi-trailer dengan unsur karate atau serial Mazinger Z (1972), serial robot yang dikendalikan di kokpit berbentuk helikopter, yang karena sambutan meriah di negeri asalnya, bikin genre robot-robotan begitu terus hidup sampe sekarang, bahkan hingga punya komunitas action figure tersendiri, terutama untuk Gundam(yang nggak tau versinya sampe berapa) atau Patlabor.
Belakangan, saya rada jarang pake banget ngintip anime bergenre robot-robotan (mecha) karena ceritanya yang boleh jadi makin kompleks atau justru makin kekanak-kanakan, Mirip-mirip sama super sentai-lah, yang wlopun harus diakui ceritanya memang ditujukan untuk anak-anak, cuman sasaran seolah mengerucut jadi buat anak usia lima sampai mungkin sepuluh atau maksimal 12 tahun #jadi inget sistem klasifikasi usia acara TV "semua umur"
Nggak tau kenapa, yang jelas, harus diakui, ada unsur nostalgianya, saya dibuat senapsaran dengan serial Grandizer U yang merupakan versi reboot dari serial Robot UFO Grendizier (1975-1977) yang klo ngga salah berkisah tentang Duke Freed (atau Fleed, yang jelas orang Jepang ga ada yang cadel), yang melarikan diri ke bumi, klo ngga salah, setelah planetnya dimusnahkan alien Vega, dengan memiloti kendaraan berbentuk UFO (sekarang singkatannya konon ganti UAP), dan diadopsi penanggung jawab pangkalan/ laboratorium pesawat, Dr. Umon Genzo dan diberi nama panggilan baru Umon Daisuke
Untuk anak sekarang, ceritanya standar. Daisuke kudu menghadapi robot musuh yang nongol di setiap episode-nya, dengan sesekali menyelipkan unsur iklim dan ekologi khas suasana kebatinan era tahun 1970-an, Â tersering dengan bantuan Kabuto Kouji, mantan pilot mazinger z, yang diceritakan bekerja untuk NASA, salah satunya mengembangkan pesawat berbentuk piring #eh, serta Maria Freed, adik Duke, yang baru nongol di sepertiga bagian serial ini usai.
Untuk versi reboot, ceritanya dibuat lebih kompleks dan manusiawi (semanusiawi-manusiawinya serial berbau fiksi ilmiah alien berwujud manusia tulen yang bisa Bahasa Jepang dan main gitar), dengan episode yang sejauh ini jauuuuh lebih padat (gosipnya sih  13 episode paling enggak), dengan cerita yang lebih berkesinambungan, yang perlahan tapi pasti beberapa misteri tentang kehidupan dan alasan pelarian Daisuke Umon  dan proses penciptaan Grendizer, yang entah kenapa ada hubungannya dengan planet bumi (ini masuk unsur cerita baru).
Yang bikin saya terkejut adalah munculnya berbagai unsur timur Tengah di beberapa sisi, termasuk penggambaran gurun dan pasar ala aladin (dengan permadaninya).
