Setiap tim NBA pada dasarnya tidak punya ciri khas yang identitasnya benar-benar terjaga sampai saat ini. Hanya hanya harus diakui prestasi Utah Jazz selama beberapa dekade ke belakang cenderung berkesinambungan ketika mereka memainkan komposisi dan skema yang kita kenal seperti sekarang, meski tidak dari awal.
Awal yang dimaksud di sini adalah era saat Jazz masih bermarkas di New Orleans. Ketika itu, seperti tim NBA lain di eranya, Utah Jazz memainkan skema yang sederhana. Meski bukan istilah resmi, kita bisa menyebutnya sebagai skema “wajik” di mana legenda Los Angeles Lakers Gail Goldrich (nomor punggung 25) berperan sebagai penyuplai bola bagi duo forward dengan jump shot bagus yaitu Truck Robinson (21) di kanan, dan Pete “Pistol” Maravich (7) di kiri (dengan atau perantara umpan dari forward Aaron James {23} terlebih dahulu), atau langsung pada center Rich Kelley (53) yang punya jump shot dan umpan lumayan.
Pada skema wajik ini, James kadang kerap berada di luar area penyerangan untuk mengantisipasi serangan balik. Meski sesekali bergerak ke dalam untuk memberi kejutan
Meski terlihat sederhana permainan mereka terlihat efektif lantaran akurasi tembakan Robinson di kanan terbilang bagus dan Maravich bisa tiba-tiba mengumpan saat seolah hendak menembak.
Jika ingin memainkan skema yang lebih tajam, pelatih Elgin Baylor tinggal menugaskan Pete Maravich sebagai playmaker, berduet dengan Gus Baley (14) yang punya jumpshot bagus.
Sayang, meski terbilang menjanjikan, tanpa center yang kokoh, permainan Jazz era Maravich tidak terlalu berkembang.Terlebih, meski termasuk kota yang potensial mengundang peminat basket, termasuk pula pelancong, masyarakat kota New Orleans lebih doyan mengisi kehidupan malam dengan menyaksikan musik Jazz.
Tidak heran, Jazz lantas pindah ke Utah, yang meski terletak di ketinggian yang tidak biasa, lokasinya yang strategis memudahkan roster Jazz untuk mengunjungi tim lain saat bertandang. Belum lagi, untuk ukuran wilayah di Amrik, Biaya hidup Utah tidak terlalu tinggi.
Dengan kondisi tim dan lingkungan yang kondusif seperti ini, tidak heran, legenda Miami Heat, Dwayne Wade, konon bersedia menginvestasikan sahamnya pada Utah Jazz.
Bukan hanya dari segi lokasi yang strategis, Utah Jazz juga dikenal dengan kebugaran dan karir para pemain (termasuk alumninya) yang tergolong panjang, bukan hanya para pemain kunci tetapi juga pemain lain yang kebanyakan tidak terlalu terlihat menonjol dari segi permainan, tapi masih tetap berkontribusi di tahun kedelapan atau kesembilan (bahkan lebih)-nya di NBA sebut saja nama Thurl Baley (41) , Darell Griffith , Andrei Kirilenko , Paul Millsap < No. 47, 2006, 201 cm> , Kyle Korver, Joe Ingles , Derrick Favors, Wes Matthews Trey Lyles atau kelak Royce O’Neal, 198 cm> yang beberapa kali (nyaris) tampil full dalam 82 pertandingan bukan hanya dalam satu musim kompetisi saja. Bahkan Favors (dan pemain yang namanya diberi garis bawah lain) masih aktif bermain sampai sekarang, sedang Millsap baru pensiun tahun lalu.