Denver Nuggets memang tidak punya tradisi prestasi sekaligus gaya permainan menarik yang membedakan dengan tim-tim lain di NBA.Â
Mereka memang sempat mencapai final wilayah Barat pada pada tahun 1985 dengan mengandalkan akurasi tembakan Alex  English yang kerap mencetak 40 poin per pertandingan, berhadapan satu lawan satu dengan pemain lawan.
Channel: Lamarmatic
Kalaupun ada skema permainan yang lebih menarik, English bisa memberi umpan pada pemain yang bergerak membelakangi dirinya agar bisa melepaskan tembakan tanpa kawalan.
Gaya permainan Nuggets di era terbaik mereka berikutnya malah lebih parah. Saat mencapai semifinal wilayah barat tahun 2009 bersama pelatih George Karl, mereka sekedar mengandalkan akurasi tembakan serta penetrasi small forward Carmelo Anthony yang memang bagus.
Padahal di sekitar Anthony, pemain lain punya posisi lebih bebas. Itulah kelebihan sekaligus kekurangan Anthony sampai detik ini, di mana pun ia bermain. Padahal kala itu, Nuggets juga diperkuat point guard Chauncey Billups, yang sempat membawa Detroit Pistons menjadi juara NBA tahun 2003.
Kalaupun ingin variasi keren, kita bisa melihat aksi Nene mendribel bola membelakangi center lawan begitu menerima operan Billups, dan begitu ada kesempatan Nene bergerak memutar melewati hadangan center sembari membelakangi bola.
Channel: Gearmast3r
Melihat permainan center gesit jaman dulu emang asik. Mereka kudu punya timing yang tepat berbalik badan sebelum memasukkan bola.
Sebagai kaum milenial (abal-abal), saya justru lebih suka permainan  Nuggets era Andre Iguodala  atau akrab dipanggil Iggy (2012-2013) meski dari segi prestasi meski prestasi tidak segemerlap tim Nuggets terdahulu.Â
Bermain hanya satu musim sebelum dipinang Golden State Warriors, Iguodala mampu memainkan permainan cepat, terutama dari serangan balik, lantaran begitu berhasil mengeblok atau menyerobot bola dari dribel pemain lawan.