Terlebih, bukan rahasia umum, jika duel fisik di bawah jaring (yang menguras kekuatan fisik dan meningkatkan risiko cedera) lebih efektif di babak playoff ketimbang babak reguler.
Sayangnya, Lakers kehilangan dua petarung mereka, Mcgee yang cepat, lincah, dan punya lompatan yang tinggi serta Dwight Howard yang nyaris tidak terhentikan di bawah jaring, bahkan oleh Daniel Gafford yang sedang naik daun sekalipun yang membawa Washington Wizard hanya kalah enam kali dari 17 pertandingan babak reguler terakhir.
Musim ini, meskipun, tanpa Lebron dan Davis, Lakers tetap dikenal sebagai tim dengan pertahanan terbaik meski sengatan Lakers tidak setajam musim lalu.
Dennis Schroder memang didatangkan secara free agent agar serangan Lakers tidak selalu berpusat pada Davis dan Lebron. Hanya saja tanpa kedua pemain inti tadi, permainan Schroder tidak terlalu efektif.
Terlebih, seperti yang sudah-sudah, dengan meningkatnya intensitas permainan di babak playoff (termasuk defense, menit bermain para starter, duel fisik, termasuk serangan di bawah jaring yang makin meningkat, #komen wajib analis NBA, termasuk situs pengulas NBA #eh), kelemahan pemain mana pun, termasuk Schroder jadi terlihat dengan jelas, terutama fisiknya yang terlalu mungil dan permainan yang kurang bertenaga.
PR tersebut juga dialami oleh Clippers musim lalu. Bedanya Clippers sudah belajar dan mencoba memperbaiki kekurangan dengan mendatangkan Rajon Rondo dari Lakers, serta tiga pemain tinggi dengan akurasi tembakan bagus Serge Ibaka, Demarcus Cousins, dan pemain serbabisa Nicolas Batum.
Menariknya, skema kesuksesan Lakers musim lalu juga turut ditiru tim-tim lain. Salah satunya adalah Philadelphia 76ers yang mendatangkan defender paten Lakers Danny Green dan Dwight Howard.
Dengan kehadiran Howard, meski Embiid cedera pada game keempat babak playoff kemarin lusa, kehadiran Howard memastikan Sixers lolos ke babak berikutnya menantang Atlanta Hawks yang menang 4-1 melawan New York Knicks, meski secara rekor pertandingan di babak reguler Knicks tampil dominan atas Hawks.
Selain, Trae Young yang tampil maksimal pada putaran pertama playoff kali ini, pengalaman Clint Capela yang sempat membawa Houston Rockets beberapa kali maju ke babak playoff, terlihat lebih siap dari pemenang Most Improve Players musim ini, Julius Randle, yang sepanjang musim dikenal dengan permainan fisiknya yang tangguh dan menit bermain yang terbilang banyak untuk pemain yang bermain di babak reguler, yaitu 38 menit per pertandingan atau setara dengan rataan menit bermain para starter di babak playoff (rata-rata starter NBA bermain 30 sampai 35 menit di babak reguler, dan bertambah antara 35-40 menit di babak playoff agar peluang timnya lolos ke babak berikutnya makin besar).
Permainan Knicks yang amat mengandalkan serangan Randle dari bawah jaring makin terbantu dengan kehadiran Derick Rose yang biasanya hadir dari bangku cadangan lewat raihan angka yang produktif. Sayang, tidak seperti Hawks, permainan Knicks terlalu mengandalkan dua pemain barusan untuk mencetak angka dan membuka ruang.