Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Sekadar Awal yang Bagus dari Orlando Magic

6 Februari 2018   11:13 Diperbarui: 9 Februari 2018   01:27 2768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: cdn.rotoballer.com

Orlando Magic punya big man yang saya suka. Nicola Vucevic dan Aaron Gordon. Mereka bukan cuma bagus di dalam, di tengah, dan di luar juga. Posturnya idola saya pisan. Kuat dan lincah untuk ukuran big man.

Aaron Gordon bahkan menemukan ritmenya sebagai pemain sejak digeser dari small forward ke power forward. Akurasi tembakan luar biasa, sempat luar biasa 25 dari 42 tembakan tiga angkannya masuk, 59,5 persen kata orang jawa bilang. Evan Fournier juga sama, meski belum seheboh Gordon.

Lewat posturnya, bukan sekedar tembakan tiga angka yang bisa mereka hadirkan tapi juga menjaga pemain tim lawan dari point guard sampai center,

Akurasi tembakan mereka seolah berbanding lurus dengan hasil bagus di lapangan, dari 12 pertandingan, mereka hanya kalah empat kali. Miami Heat, Cleveland Cavaliers, San Antonio Spurs, dan New Orleans Pelicans lewat aliran bola yang diorkestrasi DJ Augustin, dan kombinasi tembakan tiga angka dan drive Nicola Vucevic dan Aaron Gordon.

wruf.com
wruf.com
Pemain yang mereka datangkan juga bukan pemain sembarangan. Meski lebih banyak bermain sebagai cadangan Marreese Speight dan Jonathan Simmons punya pengalaman lebih dari cukup untuk mengangkat penampilan tim.

Speight merupakan pemain yang membawa Golden State Warriors sedangkan Simmons jadi rookie tapi tua yang mateng pohon, dan harum namanya di San Antonio Spurs, lewat defense dan jump shot-nya. 

Nggak heran bang Ito girang pisan ngeliat, tim yang emang punya tradisi ngembangin Big man dan shooter bagus kembali mencorong. Salah satu di antaranya ya shooter mereka sekarang Evan Fournier. Shooter yang bukan Cuma jago tembak dari luar tapi juga dalem, mid-range jump shot maksud saya.

Channel: Coach Nick (Bballbreakdown)

Buat saya, draft 2015 memberi tahu kita banyak hal. Pemain yang mid-range jump shot-nya bagus, cenderung lebih siap menghadapi para pemain NBA yang rata-rata punya fisik dan teknik sudah jadi.

Gary Harris, Donovan Mitchell, Devin Booker, dan Jamal Murray contohnya. Ketika bermain lebih ke luar, akurasinya cenderung lebih terjaga, maksud saya, nggak begitu beda jauh dari masa-masa kuliah, Beberapa malah lebih bagus. Kyle Kuzma dan Jayson Tatum contohnya. 

Dua nama ini lebih dikenal lewat tembakan dua angkanya yang asik, tapi hari-hari belakangan mereka lebih harum sebagai penembak tiga angka yang jitu, meski akurasi nggak sementereng awal musim. Tentu saja gaya bermain yang dirancang tim juga berperan penting. Kehadiran pembuka ruang seperti Marcus Morris, Al Horford, Kyrie Irving, dan Jaylen Brown memudahkan Tatum, yang terbilang tinggi menjulang, mengembangkan bakatnya terpendamnya. 

Menembak tiga angka nyaris tanpa melompat. Dengan mid-range yang akurat, beberapa dari mereka malah bisa disebut reliable scorer bagi timnya.

Channel draftexpress

Hal ini, sedikit bertolak belakang dengan draft no 2 NBA dalam tiga musim terakhir, yang kebetulan dimiliki oleh tim favorit saya LA Lakers.

Jump shot D'angelo Russel (udah pindah ke Brooklyn Nets) cenderung meleset ketika sekedar ditempel pemain favorit saya banget Josh Hart, atau mereka yang, dengan segenap jiwa, melakukan closeout. merentang tangan ke atas untuk meredam tembakan. 

Channel: NBA film

Tiap kali selepas absen, mid-range Brandon Ingram juga cenderung melempem. Tampaknya belum mantapnya struktur tubuh bagian bawah dua pemain ini jadi alasan. Dengan melatih anggota bawah tubuh sekaligus membiasakan melompat dengan lebih rileks, akurasi tembakan mereka bisa lebih konsisten.

Channel: Lakers film room

Orlando Magic, seenggaknya punya tiga pemain yang bisa menembak dari posisi yang bervariasi, yang memungkinkan mereka meladeni permainan San Antonio Spurs kala itu.

Tanpa Kawhi Leonard atau Rudy Gay, Spurs tidak memiliki pemain yang bisa menarik perhatian tim lawan sekaligus membebaskan para shooter mereka berkreasi. Praktis serangan tim ini bertumpu pada kekokohan dan mid range jump shot Aldridge. Ketika tim lawan punya dua big man yang sama bagusnya Spurs cenderung kewalahan.

Lewat dua big man yang sama bagusnya, mereka bisa menarik salah satu big man tim lawan keluar, Lamarcus Aldridge, rim protector, mereka, dan menyisakan Pau Gasol, atau Dejounte Murray yang kalah cepat dari Fournier serta kalah tenaga dari Aaron Gordon. Terlebih mereka punya Jonathan Simmons yang sedikit banyak tahu permainan Spurs.

Channel: OMGtatters

Lewat highlight di atas kita bisa tau bagaimana tim ini bermain, lewat high screen pick and roll, di mana screener membuka ruang bagi guard untuk nyelonong ke paint area, yang bisa dioper ke belakang, ke big man yang bebas nggak terkawal atau diselesaikan sendiri lewat lay up. Kombinasi yang kedua sedikit lebih efektif lantaran Pau Gasol kurang begitu gesit.

Channel: Not Ximo Pietro

Kalau-pun drive kurang berhasil. Evan Fournier, DJ Augustin, atau Jonathan Simmons bisa mengoper ke para shooter yang siap menerima umpan.

Permainan mereka, sayangnya kurang begitu kreatif. Pemain lain, yang tidak diajak bermain pick and roll atau Curling cenderung pasif. Ketika pemain tim lawan menutupi ruang gerak penerima umpan, bola cenderung gampang diambil.

Nggak ada pemain yang berusaha mendekati jaring untuk memecah konsentrasi para pemain lawan yang mencoba menutup ruang.

Mereka juga tidak bersiaga di luar menutup ruang tembak para shooter, ketika pemain seperti CJ McCollum atau Damian Lillard bergerak ke dalam, menyisakan pemain yang siap menerima bola tanpa kawalan.

Cedera beruntun, terutama guard mulai dari Elfrid Payton, Shelvin Mack, hingga DJ Augustin selepas awal yang bagus mungkin jadi alasan, tapi setelah pulih, mereka cenderung kurang kukuh ketika menghadapi tim-tim dengan tembakan tiga angka dan defense yang rapi.

Meski punya pemain yang cocok untuk mengembangkan permainan bertahan, nyaris cuma Terrence Ross yang dikenal alot di sini. Kaki-kaki lincah Vucevic kurang leluasa menutup ruang gerak Jusuf Nukic dan rentang tangannya, serasa kurang marem menutup ruang tembaknya. Denver Nuggets, Chicago Bulls, Detroit Pistons, Houston Rockets, dan bahkan Atlanta Hawks bisa mengalahkan mereka meski nggak dengan skor besar.

Nggak heran mereka cenderung bersinar awal musim, dan pudar sebelum pertengahan awal musim mendekat. Mungkin wajar lantaran Orlando Magic punya banyak draft pick. Milik sendiri belum diserahkan ke tim lain dan mereka masih punya draft pick putaran pertama dari Houston Rockets dan Minnesota Timberwolves, Semakin sering mereka kalah, peluang ngedapetin pemain bagus makin besar. 

Dan untuk draft dari tim lain, meski mungkin mereka nggak dapet pick yang tinggi lantaran tim yang punya hak draft ada di peringkat lima besar klasemen keseluruhan, mereka bisa membangun tim yang lebih segar musim depan, lantaran free agent cenderung milih tim yang mapan atau kota yang menjanjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun