Ada yang menarik dari pertandingan antara Belgia lawan Italia, jadul sih, tapi menarik lantaran mereka bakal diuji triangle offense ala Spanyol. Seperti yang udah kita tau, Itali terkenil sama permainan bertahannya, itulah karakter mereka. Terkesan bertahan dengan segala cara, sangat dalam, dan berusaha menang cara untung-untungan lewat serangan balik. Tapi sepak bola Italia, timnasnya, nggak selalu begono, mungkin iya kalok tim kecil, tapi Italia juga dikenal dengan dengan pressing game, mengadopsi total football, menekan, terus bergerak, ngerebut bola, bertarung sejak dari tengah, terus bergerak, dibarengin ama serangan cepat dan tajam. Gaya serangan yang bukan cuma teori, tapi benar-benar diterapkan oleh Arrigo Sacchi, setidaknya pernah, salah satu inspirasi terbesar Conte. Bahkan Conte sempat menirukan taktik yang pernah diteriakan Sacchi saat melatih timnas Italia di tahun 1994 “diagonally, move, cover...”. Taktik ala total football itu menuai kesuksesan, di Milan, lantaran Sacchi memang menyelipkan beberapa aktor total football di antara kokohnya tembok cattenacio. Itu kan Sacchi, nah klo Conte bijimana?
Kali ini Italia memang terkesan kembali memainkan gaya mereka, gaya bertahan sedehana, sesederhana motto mereka “prima non prenderle” Prioritas utama kami adalah nggak kebobolan, dan emang gitu kan, dengan ciri khas umpan panjang ke pemaen sayap. Itu kata John Foot dalam bukunya A History of Italian Football (2006).
Kesan Catennacio makin berasa dengan sekumpulan pemain yang dibawa Conte. Walaupun tercatat Cuma memajang lima bek, hampir semua gelandang yang Itali fasih bertahan. Marco Parolo, Stefano Sturaro, Thiago Motta dikenal sebagai gelandang bertahan. Penyerang sayap Emanuelle Giaccherini, Allesandro Florenzi, bahkan Stephen El Shaarawy tanpa segan memotong aliran bola dari lawan, jika memang ada dekat kaki mereka. Bukan total Football apa coba? Mereka juga fasih mundur ke belakang bukan jika diperlukan, tapi mereka emang biasa maenin peran itu di klub masing-masing.
Terkesan bertahan total, tapi Conte kagak gitu-gitu amat. Doi kagak parkir bes layaknya sebagian besar pertandingan yang kita saksikan sejauh ini. Conte maenin sepakbola bertahannya dengan bergaya. Ah masak?
Meski nggak canggung menjemput bola, Florenzi, Parolo, atau Giaccherini lebih dikenal dengan gaya menyerangnya ketimbang potensi tersembunyi mereka, potensi yang coba digali dari Conte untuk Euro kali ini. Bukan cuman potensi bertahan, tapi keluwesan mereka bermain dari berbagai posisi. Mungkin klo bukan karena gol pertama Italia, kita mungkin lupa klo pelatih timnas italia sebelumnya menempatkan Giaccherini jadi bek kiri.
Ngeliat komposisi dan potensi yang ada, Itali mungkin memikat kalok di atas kertas, tapi entah di atas lapangan. Dengan pemain yang ada, Conte pasti bisa maenin sepak bola menyerang, bukan di atas kertas tapi di lapangan, memainkan apa yang dipelajarinya dari Sacchi, dengan mencari sosok petarung sejati mirip Ancelotti, pemain berkemampuan biasa tapi dipercaya sebagai jangkar, tukang bebersih, bisa Motta atau malah De Rossi. Karena merekalah, Itali bisa tiba-tiba tampil menyerang, mungkin aja nanti, kan mereka punya potensi. Klo mo dikata sih, sejauh ini sih, permainan Italia ngebosenin dan nggak memikat untuk dilat. Itu kata saya (lha kan saya yang nulis), tapi klo boleh jujur, seenggaknya untuk Itali kali ini, mereka punya apa yang dicari bukan penikmat, tapi pelaku total football, tim yang justru sering kaga menang karena permainan indahnya.
Total Football means that a player in attack can play in defence – only that he can do this, that is all.