Sebagai seorang siswa SMA yang akan melanjutkan pendidikan ke dunia perkuliahan, tentu sudah menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkuliahannya, mulai dari dimana ia akan berkuliah hingga tempat yang akan menjadi tempat tinggal atau kos saat ia kuliah di tempat yang jauh dari rumah. Saat siswa tersebut diterima di Universitas atau perguruan tinggi yang ia inginkan dan tempat pendidikannya ternyata jauh dari rumah, maka siswa tersebut harus siap hidup mandiri sebagai anak perantauan yang jauh dari orang tua.
Hidup sebagai anak rantau harus siap hidup secara mandiri atau mengurus kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang tua, misalnya mencari makan, mencuci pakaian, dan mengelola keuangan untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti halnya yang sedang saya alami saat ini, saya adalah mahasiswa di salah satu sekolah kedinasan yang ada di Indonesia. Saya berasal dari Kota Jember Jawa Timur dan saat ini sedang menjalani pendidikan di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kota Baikpapan. Hidup di rantau tak semudah seperti yang dibayangkan, bakal banyak masalah yang akan dihadapi, tetapi tidak perlu khawatir dibalik kesusahan pasti ada kemudahan.
Banyak peristiwa yang terjadi di kehidupan kos, baik itu menyedihkan maupun menyenangkan dari awal hingga sekarang. Ada beberapa saat dimana saya mengalami kesulitan ataupun krisis keuangan yang mana hal ini sering di dialami oleh semua anak yang hidup diperantauan. Yakni saat uang bulanan yang saya kelola menipis di akhir bulan. Seperti yang kita ketahui, hidup di perantauan tidaklah semudah hidup bersama orang tua. Kita harus pandai-pandai mengelola pengeluaran tiap bulannya.
Awal bulan pertama saya sempat bingung mengatur pengeluaran untuk hidup diperantauan ini. Kerena seperti yang telah diketahui bahwasannya untuk mengawali kehidupan di kos saya masih harus membeli berbagai peralatan maupun perlengkapan selama kehidupan di kos. Jadi sudah bisa dipastikan bakal mengeluarkan banyak pengeluaran untuk membeli peralatan makan, peralatan sekolah, dan perlengkapan hidup lain selama di kos yang belum tersedia ketika pertama kali tinggal di kos.
Disini saya juga mulai belajar memasak sendiri, menyiapkan makanan sendiri. Bahkan tidak jarang pula harus bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan makanan untuk sarapan. Untuk keperluan memasak, saya harus menumpang masak di kos cewek yang berada di sebelah kos saya karena kos saya tidak menyediakan alat masak oleh pemilik kos.
Hubungan persahabatan antar penghuni kos cowok dan penghuni kos cewek ini sangat kuat, hal ini dikarenakan kami sering mengadakan masak bersama dan makan bersama. Hal ini tentunya dapat menjadi pengobat rindu bagi kami yang sebelumnya merindukan kehangatan keluarga. Hal seperti inilah yang dapat menjadikan kami seperti menemukan keluarga baru dan akan saling menjaga dan melindungi di kemudian hari.
Mengenai kenyamanan tinggal jauh dari keluarga, sebelumnya saya kurang nyaman jauh dari keluarga karena bagi saya tidak ada yang bisa mengalahkan kasih sayang orang tua, kehangatan keluarga, dan perhatian mereka kepada saya. Namun, perasaan tersebut harus dibuang jauh-jauh karena suatu saat dan sudah bisa dipastikan kita semua bakal berpisah dengan orang tua. Jadi ini adalah kesempatan bagi saya untuk melatih hidup secara mandiri tanpa menggantungkan pada orang tua. Saya harus bisa merubah hal-hal yang membuat saya tidak nyaman menjadi suatu hal yang menyenangkan. Seperti halnya bebrbaur dengan teman-teman baru. Dengan adanya teman saya tidak bakal merasa kesepian saat berada di tanah rantau ini.
Tidak hanya teman-teman saja yang dapat membuat saya semakin betah disini. Banyak hal yang membuat saya semakin betah yaitu keindahan alam yang disuguhkan dari pulau ini, seperti pantai-pantai, bukit, dan tempat-tempat wisata lain. Selain itu saya juga mengikuti organisasi yang ada disini, banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga bisa menutupi rasa rindu saya pada keluarga.
Mengenai perkuliahan yang saya lalui sebenarnya tidaklah memiliki kendala yang begitu berarti. Menurut saya permasalahan perkuliahan yang banyak timbul dikarenakan mahasiswa sendiri yang cenderung malas belajar sehingga kegiatan perkuliahan sedikit terganggu. Namun ada hal yang patut dimaklumi dari hal tersebut, yakni memang kegiatan perkuliahan yang dijalani sangatlah padat karena hanya dilaksanakan selama satu tahun. Sehingga mau tidak mau harus sesegera mungkin menyelesaikan segala meteri dengan cepat karena kami ini dipersiapkan menjadi pegawai negeri sipil dalam waktu singkat. Mengenai dosen pengajar menurut saya semua dosen baik dan cenderung lebih seperti keluarga sendiri. Beliau-beliau lebih cenderung mendorong kita untuk tetap semangat kuliah walaupun jauh dari orang tua dan kita harus tetap membanggakan orang tua. Banyak motivasi yang diberikan baik dari pihak penyelenggara perkuliahan (pegawai BDK) maupun dari dosen demi kesuksesan semua mahasiswa.
Waktu telah berlalu dan tidak terasa saya sudah hampir satu tahun hidup diperantauan, dan bahkan beberapa bulan kedepan kita akan wisuda. Dan untuk saat ini tepatnya bulan ramadhan kami melaluinya dengan penuh keunikan karena sedikit berbeda dengan suasana ramadhan di rumah.
Awal ramadhan seperti biasa diisi dengan kegiatan perkuliaan yang padat. Dan saat ini saya harus menyiapkan sendiri makanan untuk berbuka dan sahur. Diperantauan ini saya tidak menemukan kegiatan ramadhan seperti “patrol” yang sebelumnya ada di kampung halaman saya, dan bahkan pada awal ramadhan saya sulit menemukan warung makanan untuk berbuka puasa. Sampai pada akhirnya saya menemukan warung makan yang ternyata ada yang masih buka setelah saya lama berkeliling mencarinya.