Pada grafik 1 menunjukkan bahwa Negara Nigeria mengalami defisit neraca pembayaran sejak 1970s hingga 1990s . Defisit neraca pembayaran secara langsung mengurangi cadangan devisa suatu negara. Sehingga dampak dari berkelanjutannya defisit ini mengakibatkan menipisnya cadangan devisa Nigeria.
Selain itu nilai tukar naira (mata uang Nigeria) terdepresiasi cukup signifikan terhadap dolar. Hal ini juga diperparah dengan adanya ketidakstabilan politik dan sosial
Defisit neraca pembayaran di Nigeria juga berdampak pada sektor riil. Dimana terjadi kenaikan harga dalam negeri atau inflasi yang tidak terkontrol. Permintaan barang dalam negeri menurun karena masyarakat lebih memilih produk luar negeri.
Hal ini menyebabkan penurunan produktivitas industri lokal dan secara langsung dapat meningkatkan angka pengangguran. Tercatat bahwa tingkat pengangguran di Nigeria pada tahun 1980s mencapai lebih dari 50% dari total angkatan kerja. Dalam kondisi ini kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk mengatasi permasalahan ini dalam jangka pendek.
Untuk mengatasi permasalah ini, International Monetary Fund (IMF) membantu Nigeria dengan menyuntikkan dananya. Perjanjian IMF dan Nigeria terjalin setelan bank sentral Nigeria menjadi independen. Program yang diterapkan berupa Policy Support Instrument (PSI).
PSI diperkenalkan pada tahun 2005, dimana IMF membantu negara-negara dengan pendapatan nasional yang rendah. Hal ini dapat dikatakan berhasil karena Nigeria memperoleh surplus neraca pembayaran terbesar pada tahun 2006 sejak negara ini merdeka.
Kebijakan yang dilakukan CBN adalah menerapkan Dutch Auction System (DAS). DAS merupakan sistem pelelangan surat berharga .Layaknya pelelalangan umum lainnya, investor menempatkan tawaran untuk jumlah yang bersedia mereka beli dalam hal kuantitas dan harga. Investor dengan tawaran tertinggi yang akan memenangkan pelelangan ini. Hal ini menyebabkan meningkatnya tingkat investasi di Nigeria pada tahun 2006.
Saran kebijakan untuk mengurangi dampak dari defisit neraca pembayaran yang kontinu. Pertama, membuat kerangka kebijakan penentuan suku bunga jangka panjang. Hal ini memungkinkan bank sentral dapat mengontrol tingkat inflasi apabila terjadi gejolak-gejolak ekonomi.Â
Kedua, lebih mengutamakan produk dalam negeri. Kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri sangat penting karena hal ini merupakan salah saru pendorong roda perekonomian negara.Â
Peningkatan permintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri dapat meningkatkan produktivitas industri lokal. Sehingga tingkat pengangguran dapat berkurang. Ketiga, keterbukaan ekonomi. Ekonomi yang terbuka dapat meningkatkan volume perdagangan ekspor-impor. Melakukan integrasi wilayah juga dapat meningkatkan produktivitas melalui aktivitas perdagangan yang meningkat juga.
***