Mohon tunggu...
Canda Jelita
Canda Jelita Mohon Tunggu... administrasi -

Menyuarakan semangat. Semangat menyuarakan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan, Aku Tidak Ingin Kalah Lagi!

6 Mei 2019   18:09 Diperbarui: 6 Mei 2019   18:59 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan ramadhan menyajikan cita rasa yang unik pada kehidupan. Entah bagaimana pada bulan ramadhan waktu terasa sangat panjang. Bila pada hari biasa kita sering lupa sarapan, telat atau lupa makan, bekerja kesana-kesini seharian dan tahu-tahu siang sudah berganti malam. Pada bulan ramadhan setiap detik benar-benar terasa. Dari setelah bangun subuh sampai menunggu waktu berangkat kerja terasa lama. Dari jam kerja sampai jam pulang waktu juga terasa panjang.

Setiap detik terasa lebih berat. Namun, setiap detik juga terasa lebih berarti.  Pada bulan ramadhan minum es teh manis ketika berbuka rasanya jauh lebih nikmat daripada minum es teh manis pada siang terik di hari biasa. Satu teguk pertama benar-benar mampu membuat setiap nyawa tersenyum dan merasakan bahagia yang sangat sederhana. Pada satu tegukan pertama itu, nilai kepuasan konsumsi mencapai titik tertinggi. 

Ramadhan memiliki jiwa keramat yang tidak mampu ditembus siapapun secara logika. Namun begitulah ramadhan juga seringkali ku sepelekan. Bulan ramadhan tahun-tahun lalu entah bagaimana menjadi kurang maksimal. Entah karena bosan telah menjalani selama lebih dari dua puluh tahun, entah karena tidak ada yang menyemangati, entah karena aku yang selalu kalah dengan rasa malasku, entah aku yang selalu tidak mensyukuri hadirnya bulan ramadhan. 

Aku gagal mengkhatamkan Al-Qur'an selama bulan ramadhan, bahkan sekali pun tidak. Aku tidak sholat tahajud meskipun aku bangun di sepertiga malam. Yang ku ingat ketika bangun hanya makan dan minum sahur. Aku juga tidak bisa memberikan ta'jil untuk para musaffir, orang-orang yang sedang di perjalanan. Bahkan jumlah tulisan yang mampu ku hasilkan malah semakin menurun. 

Aku tidur setelah subuh. Kemudian bangun untuk nonton filem korea. Kemudian bermalas-malasan sampai datang waktu asar. Atau aku tidur setelah subuh. Kemudian bangun lagi untuk berangkat kerja sampai sore. Malamnya aku sering tidak tarawih karena lelah bekerja. Begitulah ramadhan-ramadhan lalu yang kusesali sampai sekarang. 

Aku sadar ramadhan adalah waktu terbaik untuk melipatgandakan kebaikan. Tapi, aku kalah dengan diriku sendiri. Dan aku selalu menyalahkan setan atas semua kekhilafanku. Kemudian ramadhan berlalu sejak dikumdandangkannya takbir di seluruh penjuru. Dan pada saat itu aku baru tersadar dan menyesal bahwa ramadhan itu kulalui tanpa arti. 

Aku malu pada keluarga Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali. Mereka rela menghabiskan hartanya untuk membagikan gandum yang bersih dan wangi kepada fakir dan miskin sementara keluarga mereka sendiri rela makan makanan yang kurang baik dan sudah basi. Mereka berbagi untuk mendapatkan ridho-Nya.

Pada ramadhan kali ini aku tidak ingin gagal lagi. Aku ingin setiap detik kulalui dengan manfaat. Aku ingin berbagi sebanyak yang ku mampu. Aku tidak ingin produktivitas duniawi menghalangiku untuk melakukan produktivitas untuk akhirat. Aku ingin membelikan baju baru untuk kedua orangtuaku dan adik-adikku. Aku ingin menulis sebaik-baiknya untuk memberikan manfaat bagi yang lain. 

Pada ramadhan kali ini aku ingin memanfaatkan kesakralannya yang dipuja jutaan manusia itu untuk menjadi pribadi sebaik-baiknya. Aku ingin melalui ramadhan kali ini dengan sepenuh jiwa. Aku tidak ingin lagi menyalahkan setan atas kemalasan yang ku miliki.  Aku tidak ingin ramadhanku berlalu sia-sia lagi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun