Mohon tunggu...
Cancu Uthe
Cancu Uthe Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Blank

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa Sampah!

12 Desember 2013   13:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:01 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mahasiswa itu ibarat sampah!!!”
Mendengar ini, mungkin sebagian besar mahasiswa kebakaran jenggot.
Kesal? Marah? Tersinggung? Terserah.
Setidaknya, diresapi dulu benar-benar kalimat di atas.

Yang dimaksud dengan sampah, bukan dalam artian bau, tidak berguna, & dilupakan orang. BUKAN!!!
Sebenarnya sampah itu memiliki segudang manfaat.
Didaur ulang untuk dijadikan produk baru? Bisa.
Diproses menjadi sumber energi? Bisa.
Menjadi sumber penghasilan? Bisa.
dan masih banyak lagi.

Akan tetapi, masalahnya adalah sedikit sekali orang yang mengetahui potensi dari sampah.
Pada titik inilah mengapa saya bersikeras bahwa mahasiswa dan sampah bisa disetarakan.
Sedikit yang tahu, percaya, dan yakin pada potensi mahasiswa. Bahkan mahasiswa sendiri pun cenderung merendahkan potensi yang mereka punya.


  • Mendapat segudang ilmu di perkuliahan, alih-alih memutar otak untuk mengaplikasikan ilmu tersebut, mayoritas mahasiswa malah berlomba-lomba jadi tukang fotokopi di kantor. Mentok-mentok disuruh bikin kopi. Kesal? Boro-boro. Seneng malah. Kerjaan gampang, dapet gaji setara UMR. (Ini otaknya kalo dijual pasti mahal, masih disegel.)

  • Punya tingkat intelektualitas tinggi, alih-alih berkontribusi pada pembangunan bangsa, mayoritas sudah cukup puas diundang ke acara televisi sekedar untuk tepuk tangan. Dapet makan, dapet duit, disuruh senyum2. Mau-mau aja. Seneng pula. (Ini mahasiswa apa topeng monyet?)

  • Dilatih berpikir rasional, kreatif, dan solusif, alih-alih bisa menjadi kontrol sosial dan kritis terhadap berbagai hal, malah bangga bisa adu cepet ngetik dan adu cepet dapet gosip dari facebook, twitter, dan bbm. (yang kayak gini bangga kalo bisa dapet video Sinta-Jojo lebih dulu daripada temen-temennya, tapi kalo ditanya kapan hari pahlawan, pada kaga bisa jawab.)

  • Punya akses ke berbagai fasilitas, sumber daya, dan lain sebagainya, alih-alih mengoptimalkan itu semua, malah puas bisa main Plant versus Zombies di labkom kampus atau baca Lampu Merah di perpustakaan atau update status di kelas (pas dosen lagi ngajar, dan statusnya ngejek si dosen pula!).


Wah, prihatin deh.
Memang tidak semua mahasiswa seperti itu.
Ada juga yang sadar pada potensinya masing-masing dan melakukan berbagai hal, baik untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, maupun untuk komunitas dan masyarakat yang lebih luas.
Namun jumlahnya masih sedikit. Kebanyakan ya masih seperti sampah.

Kondisi ini jika didiamkan akan semakin parah.
Mahasiswa makin minder dan rendah diri, masyarakat pun jadi ikutan memandang rendah mahasiswa.
Jangan sampe nanti muncul peribahasa baru: “Jangan buang mahasiswa sembarangan!”
Lalu nanti akan muncul tong mahasiswa (bukan tong sampah), yang memisahkan antara mahasiswa organik dan anorganik. Yang setengah dungu dan yang dungu sekali.

Semoga dari kutipan ini makin banyak mahasiswa yang sadar potensi yang mereka miliki, dan bisa berbuat banyak demi kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga, juga masyarakat sekitar.

HIDUP MAHASISWA!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun