Mohon tunggu...
Muhammad Hidayat
Muhammad Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Tertarik pada masalah sosial, ekonomi dan lingkungan.

Tertarik pada masalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Tertarik pada masalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Tertarik pada masalah sosial, ekonomi dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Lain Padang Lain Belalang, Keragaman Bahasa Kita

4 Januari 2014   16:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamus Bahasa Indonesia (ilustrasi diambil dari: http://4.bp.blogspot.com)

Jika anda liburan ke Bali, harap berhati-hati, terutama jika anda menyewa kendaraan seperti mobil atau sepeda motor. Apa hal? Jika ban kendaraan anda kempes atau bocor, alamat anda akan repot. Tidak ada penyedia jasa "tempel ban" di Bali. Loh kok? Ha ha ha...Ya tentu saja, di Bali istilah untuk menyebut hal tersebut adalah "Press Ban". Jadi jangan kuatir, lihat saja merek bertuliskan Press Ban, kesanalah anda berurusan kalau sedang apes, jika ban anda tertusuk paku atau perlu tambah tekanan udara. [caption id="" align="alignleft" width="320" caption="Kamus Bahasa Indonesia (ilustrasi diambil dari: http://4.bp.blogspot.com)"][/caption] Ya, itulah bahasa kita, sangat beragam. Walaupun satu bahasa, bahasa Indonesia, tetapi pengaruh lokal sangat terasa jika kita berada di daerah-daerah yang berbeda. Contoh di atas adalah salah satu dari sekian banyak contoh lain. Kalau di Medan lain lagi. Jangan coba-coba pinjam sepeda motor kala singgah di kota ini. Tidak akan ada orang yang akan meminjamkan anda. Apa sebab? Orang Medan menyebut sepeda motor dengan istilah "kereta." Pastilah orang luar Sumatera akan ngakak dengan istilah ini. Bahkan bisa berpotensi salah pengertian. Contohnya: Si Dul (anak jakarta): "Eh Ucok, pake apa Lo ke rumah si C ntar?" Jawab si Ucok (anak Medan): Naik kereta aku nanti. Itu keretaku ku parkir di muka rumah kau". Si Dul kaget, sejak kapan kereta bisa parkir di depan rumahnya? Tidak pernah ada rel kereta di dekat rumahnya, apalagi stasiun. Yang tadi itu satu contoh bahwa perbedaan makna satu kata bisa membuat salah pengertian. Ada lagi contoh lain berkenaan dengan sepeda motor. Teman saya, sebut saja Mandra, anak Jakarta yang kuliah di Pekanbaru harus tiga kali bolak balik ke lapangan parkir sewaktu akan meminjam sepeda motor si Atah, temannya yang anak Bengkalis. "Tah, gue  mau ke warung depan, tolong anterin dong!" tanya Mandra pada Atah. Atah menjawab: "Eh...awak tu pakek je lah Honda aku tu, jangan segan-segan do! Platnya BM sekian sekian sekian" Mandra pun bolak-balik sampai tiga kali karena tidak menemukan Honda dengan plat nomor yang disebutkan oleh si Atah. Ternyata Honda si Atah mereknya Yamaha. Nah, contoh di atas itu menunjukkan kesalahpahaman bisa terjadi gara-gara bahasa, tapi tidaklah sampai menimbulkan perkelahian. Cuma sampai ngos-ngosan saja. Tapi kalau contoh berikut, beresiko  menimbulkan perkelahian. Jika anda ke Papua, orang-orang akan tertawa kalau mendengar "mop". "Kaka ganteng...kau bisa cerita satu mop untuk kita-kita, ee" Si kaka pun cerita satu mop dan yang lain tertawa-tawa. Kalau di Medan lain lagi. Kalau orang mendapat "mop" alamat akan kesal. "Hei Cok jangan sok "ngemop-ngemop" orang kau. Dipukuli orang baru tau kau" Bayangkan kalau si Ucok dari Medan dan si Thomas dari Papua bertemu dan saling mop-mopan. Apa yang terjadi? Tertawa atau berkelahi kah? Tepat kata pepatah, lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalangnya. Lain daerah lain pula adat istiadat dan istilah-istilahnya. Sesungguhnya perbedaan-perbedaan itu membuat kita semakin kaya dan semakin ingin belajar dan memahami satu sama lain, bukan malah saling menjelekkan dan saling memusuhi. Berbahasa adalah salah satu alat untuk memahami kekayaan-kekayaan itu. Salam Damai!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun