Mohon tunggu...
Muhammad Hidayat
Muhammad Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Tertarik pada masalah sosial, ekonomi dan lingkungan.

Tertarik pada masalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Tertarik pada masalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Tertarik pada masalah sosial, ekonomi dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Kata Mereka: Bensin Itu Harus Mahal Apa Murah Sih?

31 Agustus 2014   23:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:59 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Kata Mereka: Bensin itu harus mahal apa murah sih?

Iseng-iseng saya ingin tahu apa yang ada di benak orang-orang tentang kelangkaan BBM dan wacana kenaikan harga BBM. Menggunakan media Facebook, sayapun melontarkan satu pertanyaan yang sederhana “Bensin itu harusnya mahal apa murah sih menurut kalian?” Pertanyaan ini sengaja saya buat untuk menghindari perdebatan yang sifatnya politis maupun teknis tentang harga BBM, sebagaimana lazimnya perdebatan yang terjadi saat ini. Sekali lagi saya hanya ingin tau apa yang ada di kepala mereka.

Ternyata pertanyaan saya mendapat respon yang lumayan. Tidak banyak, tapi cukuplah untuk paham sedikit. Saya mendapatkan 17 respon dari teman-teman. Saya coba memberikan kode sederhana untuk melihat hasilnya. Saya mengkodenya dengan: mahal, murah, relative, sedang, bingung dan di luar konteks.

Hasilnya adalah sebagai berikut:

Mahal:

Ada 8 orang yang menyatakan bahwa bensin harusnya mahal. Namun demikian tidak sekedar mahal, ada beberapa catatan yang disampaikan rekan-rekan saya tersebut diantaranya: 1)Adanya jaminan ketersediaan; 2)Subsidi tetap ada untuk rakyat kecil dan industry kecil; 3)Subsidi di proses produksi, bukan di hilir; 4) Subsidi perlu untuk keadilan dan kestabilan karena mayoritas penduduk Indonesia pendapatannya rendah. Jangan sampai “penghasilan lokal pengeluaran internasional”; 4)Bagaimana jaminan agar harga-harga barang lain tidak meroket; 5) Harus dipersiapkan energy baru terbaharukan

Sementara itu alasan mereka kenapa bensin harus mahal antara lain: 1)Untuk penghematan anggaran; 2) Untuk meningkatkan perekonomian dalam arti anggaran digunakan untuk hal-hal produktif; 3) dan Mempersiapkan energy baru terbarukan; 4) Membentuk perilaku hemat energy dan sehat seperti kebiasaan jalan kaki dan naik sepeda; 5) Mengikuti harga internasional dan 6) menghindari agar tidak dioplos dengan minyak tanah, karena berbahaya. Sudah sering terjadi kasus kompor minyak tanah meledak akibat minyak tanah dioplos dengan bensin.

Murah

Dari respon yang saya terima, ternyata hanya tiga (3) orang yang menyatakan bahwa bensin harus murah. Namun murah pun dengan syarat kondisi yaitu “tapi mutunya gak murahan”. Ini berarti teman saya berpikir bahwa bensin yang dia pakai selama ini kualitasnya jelek. Sebagai konsumen dia tentu berharap agar kualitas barang yang dia beli bagus sekaligus harganya murah (tapi apa bisa ya???) Kenapa harus murah, salah satu dari responden membandingkannya dengan harga BBM di Arab Saudi yang menurutnya sangat jauh lebih murah dari harga BBM di Indonesia. Selain itu dia berpikir kalau harga BBM murah maka menggunakan kendaraan ber piston besar (4000 cc) akan semakin nyaman karena tentu mengendarai kendaraan peminum bensin itu biayanya jadi lebih murah.

Relatif, Sedang, Bingung dan OOT

Selain jawaban mahal dan murah, ada beberapa jawaban lain seperti harga bensin relative, bisa mahal bisa murah, sedang-sedang saja dan ada respon yang bingung.

Ada dua (2) orang teman yang menjawab bahwa harga bensin bisa mahal bisa murah, relative katanya. Dia tidak peduli apakah mahal atau tidak yang penting tidak seperti saat ini dimana harus mengantri sepanjang hari untuk mendapat bensin. “mahal murah relatif, yg penting bisa dibeli tanpa antriiiIiiiiiiiiiiiii ngabisin hari” demikian ujarnya. Mungkin beliau kesal dengan situasi sekarang ini yang memaksa orang untuk menghabiskan waktu hanya untuk mendapatkan beberapa liter bensin. Ketersediaan merupakan hal penting dan yang terpenting salah satu teman saya menyatakan bahwa harga harus sama di seluruh wilayah Indonesia, tanpa kecuali.

Ada lagi seorang (1) teman yang menyatakan bahwa harga bensin harusnya sedang-sedang saja. Tidak jelas juga sebesar apa yang dimaksud sedang disini. Tapi agaknya dia setuju kalau bensin harusnya berharga lebih mahal dari saat ini namun tidak jauh loncatannya. Mungkin tidak semahal pertamax atau pertamax plus.

Dua (2) orang teman kebingungan apakah bensin harus mahal atau murah. “seperti makan buah simalakama.” Teman saya ini mungkin memikirkan kalau bensin mahal otomomatis harga barang-barang akan meroket, hidup jadi semakin sulit dan kemiskinan akan bertambah. Tapi dia juga paham bahwa tanpa menaikkan BBM, beban subsidi jadi sangat besar dan akan menghambat pembangunan lain yang lebih nyata disamping subsidi sendiri disadari hanya menguntungkan segelintir orang kaya saja. Seorang lagi berpendapat bahwa soal harga BBM ini sudah terlalu banyak dipolitisir untuk kepentingan tertentu sehingga membuat rakyat bingung. Yang lebih disesalkannya adalah sepertinya Negara ini tidak punya strategi kebijakan yang komprehensif tentang energy. Akibatnya kita selalu diombang-ambingkan baik oleh para politisi maupun spekulan yang memanfaatkan momen untuk menaikkan harga barang tanpa mampu dikendalikan oleh pemerintah.

Satu orang teman menjawab di luar konteks alias out of topic (OOT). Jawabannya mempertanyakan arah politik PDIP soal harga BBM yang dianggap inkonsisten. Namun bisa dipahami kenapa menjawab demikian karena memang isu BBM ini sarat dengan kepentingan politik. Jadi sah-sah saja toh orang menghubungkan ini dengan permainan politik elit ketimbang menjawab persoalan yang mendasarnya.

Kesimpulan

Dari survey sederhana itu saya mengambil kesimpulan bahwa teman-teman saya (sekali-lagi teman-teman saya) yang menjawab pertanyaan itu mayoritas sepakat bahwa harga bensin harus mahal, namun dengan syarat dan kondisi yang telah disampaikan di atas. Namun demikian, ketidak setujuan akan harga BBM yang mahal juga harus diperhatikan. Subsidi menjadi hal yang penting, namun subsidi kepada orang yang tepat, terutama bagi orang miskin dan industry kecil. Kebijakan pemerintah terhadap energy juga harus jelas dan terukur. Strategi transisi dari energy konvensional ke energy alternative harus dipersiapkan dengan baik. Dan yang terpenting, soal BBM ini jangan terlalu dipolitisasi dan dijadikan jualan atau bahan tawar menawar politik di tingkat elit. Masyarakat bawah harus tetap menjadi fokus ketika pembicaran tentang harga BBM dilakukan.

Karakter Responden:

Setau saya temen-temen saya itu lulus universitas semua alias sarjana atau sarjana muda. Mereka mengakses Facebook secara continue dan mungkin juga media social lainnya. Usia mereka kira kira 25 sampai 45 tahun lah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun