Mohon tunggu...
camillasyairanazhifa
camillasyairanazhifa Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Negeri Semarang

Saya adalah mahasiswa yang berkomitmen untuk mengembangkan diri melalui pendidikan dan pengalaman praktis. Dalam keseharian, saya suka traveling, memasak, berdiskusi, dan mengikuti perkembangan terbaru di bidang ilmu saya. Saya dikenal sebagai pribadi yang disiplin, dan senang bekerja sama dalam tim. Melalui perjalanan ini, saya berharap dapat memberikan kontribusi nyata, baik di kampus maupun di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandangan Hukum Adat Dalam Tradisi Perhitungan Weton Pada Proses Pernikahan Masyarakat Boyolali

17 Desember 2024   12:32 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:32 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tradisi hitungan weton merupakan tradisi yang dilakukan ketika mendekati upacara perkawinan/pernikahan dan telah menjadi suatu yang melekat serta sulit dihilangkan pada kehidupan masyarakat Jawa khususnya masyarakat yang ada di Boyolali.

Perhitungan weton biasanya dilakukan jauh sebelum pernikahan. Seorang ahli Pitung melakukan perhitungan ini, yang digunakan sebagai acuan setiap kali menghitung perkawinan dua calon. Orang biasanya terlebih dahulu mencari perhitungan yang benar, baik untuk membangun rumah, Miwitt Tandur, atau menghitung slametan orang yang meninggal. Ini disebabkan oleh fakta bahwa sejak lama, perhitungan telah dilakukan berulang kali dan hasilnya digunakan sebagai dasar. Orang tua calon mempelai cenderung menyerahkan perhitungan calon pasangan suami istri kepada ahlinya, sedangkan anak yang menikah hanya menurut saja. Banyak hasil perhitungan menunjukkan kesesuaian untuk melakukan persiapan tambahan segera. Namun, ada juga yang tidak sesuai yang membuat pernikahan tidak berhasil.

Menurut Tokoh Agama Desa Cabean Kunti Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali yakni Mbah Ali beliau berpendapat bahwa perhitungan weton ada 7 neptu yang dimana perharinya berbeda jumlah neptunya diantaranya: ahad 5, senin 4, selasa 3, rabu 7, kamis 8, jumat 6, sabtu 9. Selain itu, ada istilah "pasar" dan perhitungan di antaranya dalam adat Jawa.: pon 7, wage 4, kliwon 8, legi 5, pahing 9. Siklus untuk menentukan perhitungan weton ada beberapa siklus juga diantaranya: sri, rejeki, gedong, loro, mati/gotong yang mana siklus tersebut di mulai dari terkecil dalam jumlah weton yakni 16 (Diana, 2023) .

Adapun kreteria dari hitungan weton dan urf sebagai berikut:

1.Pemahaman Masyarakat Karang Kepoh terhadap Tradisi hitungan weton

            Berdasarkan dari Hasil penelitian akan memungkinkan peneliti untuk menganalisis pemahaman masyarakat karang kepoh tentang tradisi hitungan weton, yang telah ada sejak zaman kuno. Dengan demikian, pandangan masyarakat tentang tradisi ini dapat diterima selama tidak disalahgunakan.

2.Praktik hitungan Weton

            Jika Anda ingin menghitung weton untuk menentukan hari baik perkawinan, Anda harus memperhatikan beberapa langkah. Melihat hari kematian salah satu orang tua pengantin dan mengetahui weton mereka, antara lain, Namun, mekanisme perhitungan dapat dilihat dari penjelasan yang diberikan di bawah ini.. Weton Ali + Weton Bella = Weton Hari Perwakinan + Hari baik= Hasil hitungan : 5= Hasil Terakhir: Dari penjelasan tentang mekanisme dan tahapan perhitungan tersebut, peneliti dapat menentukan apakah pasangan itu boleh menikah dengan menggunakan mekanisme hitungan weton. Menurut bapak Nur, jika hasilnya tidak memuaskan dan keduanya ingin melanjutkan perkawinan kama,. "Jika hasil hitungan pasangan tidak sesuai dengan harapan, pasangan itu harus berpuasa selama tiga hari untuk mendapatkan petunjuk dari Allah." (Astuti. P, 2016)

3.Pengaruh dan Manfaat dari penggunaan hitungan Weton

            Pada kreteria ketiga, peneliti dapat memeriksa hasil dari berberapa narasumber yang menggunakan hitungan weton sebelum perkawinan: manfaat dari penggunaan weton adalah rasa nyaman dan bahagia, sementara dampak dari tidak menggunakan weton adalah seperti berpergian tanpa mengetahui tujuan, sehingga orang yang berumah tangga tidak akan mengetahui medan atau tantangan yang dihadapi saat berumah tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun