Mohon tunggu...
Camelia Putri
Camelia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya

Konten yang saya sering lihat tentang perpolitikan dan isu isu terbaru

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Blunder Politik Menjelang Pemungutan Suara

6 Desember 2024   08:37 Diperbarui: 6 Desember 2024   08:49 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Artikel oleh : Camelia Putri Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Menjelang pemungutan suara, blunder politik sering kali menjadi ancaman bagi pasangan calon (Paslon). Dalam konteks Pilkada Sidoarjo 2024, isu negatif yang berkembang menjadi perhatian utama. Pasangan Subandi-Mimik, yang dikenal dengan program-programnya yang pro-rakyat, tiba-tiba menghadapi tuduhan bahwa mereka bukan "putra daerah" asli Sidoarjo. Hal ini dimanfaatkan oleh lawan politik mereka untuk meragukan kredibilitas dan kedekatan mereka dengan masyarakat. Namun, alih-alih melemahkan, serangan ini justru memberikan keuntungan tak terduga bagi tim Subandi-Mimik. Contoh serupa pernah terjadi di daerah lain, seperti di Surabaya, di mana calon yang dituduh tidak peduli terhadap masyarakat lokal malah berhasil meraih dukungan lebih besar setelah menjelaskan program konkret yang mereka tawarkan.

Pada awalnya, banyak orang menganggap masalah ini cukup penting dan bisa berbahaya. Ada kekhawatiran bahwa popularitas Subandi dapat menurun sebagai akibat dari tuduhan ini. Di sisi lain, pendapat warga Sidoarjo mengungkapkan hal lain. Banyak yang berpendapat bahwa program pekerjaan yang ditawarkan lebih penting daripada sejarah kandidat. "Apa artinya menjadi putra wilayah ini jika Anda tidak bisa bekerja?" tanya seorang penduduk Waru. Program, bukan tempat asal, yang diperhitungkan. Sudut pandang ini menggambarkan bagaimana masyarakat menghargai konten di atas simbolis. Kandidat sekarang lebih mungkin untuk dievaluasi oleh masyarakat tentang keterampilan dan rencana mereka untuk pengembangan wilayah.

Subandi membahas masalah ini dengan memberikan penjelasan menyeluruh. Dia mengklarifikasi bahwa meskipun tidak lahir di Sidoarjo, dia telah bersekolah dan bekerja di sana sejak dia masih kecil. Publik menerima penjelasan ini dengan baik, dan banyak yang mulai menafsirkan tuduhan itu sebagai upaya untuk menjelekkan lawan secara langsung. Pada kenyataannya, penduduk setempat yang awalnya prihatin kini menjadi lebih mendukung Subandi-Mimik. Mereka menghargai penekanan pasangan pada inisiatif kerja praktis dan tahan lama yang berdampak langsung pada lingkungan.

Memanfaatkan momentum tersebut, Subandi-Mimik mempresentasikan sejumlah program mereka, antara lain pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga berpenghasilan rendah, pendidikan berbasis masyarakat, pengelolaan anggaran desa terbuka, dan peningkatan infrastruktur. Publik segera menyadari kegiatan ini dan menyadari bahwa Subandi-Mimik memiliki solusi nyata yang sesuai dengan tuntutan mereka. Upaya ini telah mendapat dukungan luas dari tua dan muda, menunjukkan bahwa orang mencari kandidat yang dapat menawarkan solusi praktis.

Kampanye Subandi-Mimik juga memanfaatkan media sosial untuk menjangkau pemilih lebih luas. Platform seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai program-program mereka dan menjawab situasi yang tidak menguntungkan. Strategi ini terbukti efektif, terutama dalam menarik perhatian pemilih muda. Beberapa postingan klarifikasi tim kampanye bahkan menjadi viral, menunjukkan bahwa masyarakat semakin menghargai rekam jejak dan kemampuan calon dalam memberikan solusi nyata. Ini sangat penting, mengingat banyak pemilih muda yang aktif di media sosial dan memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah dukungan.

Menarik untuk mengamati diskusi online seputar status "putra daerah" yang dinominasikan oleh saingan politik sebenarnya telah berubah menjadi lelucon. Banyak pengguna media sosial percaya bahwa masalah ini sudah ketinggalan zaman dan tidak terkait dengan tuntutan masyarakat modern. Mereka lebih bersemangat untuk berbicara tentang program nyata Subandi-Mimik, menunjukkan bahwa pemilih menjadi lebih cerdik dan kritis ketika mengevaluasi calon pemimpin. Dalam hal ini, publik bahkan memandang lawan Subandi-Mimik lebih kuat sebagai akibat dari kesalahan politik mereka.

Narasi ini menawarkan pandangan yang lebih komprehensif tentang dinamika politik kontemporer. Pemilih saat ini tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal sepele. Tanpa bukti kuat, strategi kampanye negatif yang menyoroti masa lalu kandidat dapat menjadi bumerang. Sebaliknya, taktik yang menekankan pada jawaban praktis dan komunikasi terbuka memiliki peluang lebih baik untuk memenangkan audiens. Pemilih di banyak daerah lain mengungkapkan ketidakpuasan dengan politisi yang hanya fokus pada masalah identitas tanpa menawarkan solusi konkret, yang konsisten dengan tren ini.

Kemampuan pasangan Subandi-Mimik untuk mengubah keadaan negatif menjadi keadaan yang baik menyoroti pentingnya menjaga ketenangan dan pemikiran strategis ketika berhadapan dengan serangan politik. Apresiasi publik terhadap akuntabilitas dan profesionalisme dalam politik tercermin dalam hal ini. Bahkan sementara identitas "putra daerah" masih dihargai, ada pertimbangan lain ketika memilih pemimpin. Kandidat sekarang lebih mungkin untuk dievaluasi oleh publik berdasarkan kinerja dan visi mereka.

Tetapi masih ada kesulitan. Jika terpilih, Subandi-Mimik harus menepati janji mereka. Masyarakat sekarang mengawasi kinerja pemimpin mereka lebih dekat, yang menumbuhkan lingkungan di mana akuntabilitas dihargai. Ini menunjukkan bahwa orang menginginkan tindakan jangka panjang yang nyata dan visi positif. Dukungan yang diterima harus ditimbang dengan kinerja yang memenuhi standar komunitas.

Selain berpengaruh pada Pilkada Sidoarjo, perubahan sikap pemilih ini dapat menjadi model bagi daerah lain. Orang-orang di tempat lain mungkin mulai mengharapkan hal yang sama dari kandidat mereka: transparansi, tanggung jawab, dan rencana yang terdefinisi dengan baik. Kandidat di Sidoarjo dan daerah lain perlu bersiap-siap menghadapi tantangan ini di masa depan dengan menunjukkan bahwa mereka bukan hanya komunikator yang terampil tetapi juga memiliki kemampuan untuk benar-benar membuat dampak. Kandidat yang secara efektif melaksanakan proyek berbasis komunitas, misalnya, mengumpulkan banyak dukungan di Yogyakarta, menunjukkan bahwa penduduk setempat menghargai partisipasi aktif dalam proses tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun