Mohon tunggu...
Camarmerah
Camarmerah Mohon Tunggu... -

Penutur omong kosong.\r\nhttp://sampahperadaban.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencinta Manusia

14 September 2012   04:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

11 Januari 2008 05:16:55

Aku mencintai kehidupan,
aku mencintai kemanusiaan.

Dan aku pencinta kemanusiawian, pengagum dan pemuja manusia. Seutuhnya dengan segala sifatnya, dengan segala kekayaan jiwanya yang tak terkatakan dan tak terlukiskan. Seluruh kedalaman dan kedangkalannya, keagungan dan kekerdilannya; hatinya, imajinasinya, mimpi-mimpinya. Kedarah-dagingan ini.

Kesenangan, kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, birahi, cinta, hasrat, nafsu, air mata, keegoisan, kepicikan, penolakan, simpati, antipati, kebencian, dendam, kemarahan, murka.

Begitu banyak kemungkinan yang terkandung di dalam tiap potong diri, melampaui dirinya sendiri, melampaui logika yang terukur, melampaui setiap batasan realitas. Begitu cantiknya makhluk ini!

Betapa ia dengan tulus mengasihani seorang hampir mampus yang telah membantai ratusan ribu nyawa, ketika ia akan menjadi begitu murka bila secuil hatinya tersinggung.

Betapa ia di satu waktu akan meledak-ledak dalam kemurkaan bagai gunung berapi, dan di waktu lainnya tertidur pulas penuh kedamaian bagai genangan air sesudah hujan di sore hari.

Betapa ia dapat membuat dunia ini bukan main personal dan subjektif baginya, lalu membuat sepotong paku menjadi sesuatu yang universal dan objektif, untuk kemudian membuat paku yang lain lagi menjadi begitu politis dan mistis.

Betapa ia akan mengorbankan seisi alam semesta demi setetes nafsu dan ambisinya, sementara merelakan diri dengan penuh ikhlas diperkacung oleh sebatang nikotin.

Betapa ia dalam nama cinta akan dengan mudah membinasakan apapun yang dikehendakinya, memporak-porandakan segalanya dalam kebencian dan dendam; agar setelah itu dapat ia nikmati manis dan lembutnya kehidupan dengan damainya di atas bangkai-bangkai kurbannya.

Betapa ia bisa menjadikan sebongkah batu sebagai penentu kehidupan di muka bumi, betapa ia mampu menciptakan keagungan-keagungan yang tak terpikirkan, betapa imajinasinya begitu liar membentang begitu luas hingga relung-relung tergelap di mana ia ciptakan tuhan-tuhannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun