Mohon tunggu...
calvyn toar
calvyn toar Mohon Tunggu... Administrasi - Give what you can, cause you only live once!

businessman, seo master, content creator | driven by heart

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilihan Salah Ahok?

9 Maret 2016   09:40 Diperbarui: 12 Maret 2016   23:55 2062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="foto dr berbagai sumber"][/caption]Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, akhirnya mantap memutuskan untuk maju sebagai cagub DKI melalui jalur independen, setelah berdiskusi cukup lama dengan relawan teman Ahok, yang selama ini konsisten mengusungnya sebagai balongub DKI untuk masa bakti ke-2. Ahok pun melepas Djarot Syaiful Hidayat, wagubnya sekarang, dan meminang Heru Budi Hartono, PNS karir, yang oleh Ahok dipandang bersih dan profesional, sebagai cawagubnya nanti. Di masa gubernur Joko Widodo, mantan Walikota Jakarta Utara ini memang menjadi salah satu PNS andalan dan teladan. 

Bagi warga kebanyakan, nama Heru Budi Hartono belum cukup familiar terdengar. Hampir dapat dipastikan, nama beliau akan menjadi trending topic di berbagai media di hari-hari ke depan. Jutaan orang akan mensearch namanya di rajanya mesin pencari, si mbah Google. 

Pilihan dan keputusan Ahok tersebut bukan tanpa resiko. Justru besar resikonya, apabila relawan-relawan militan Ahok, seperti teman Ahok, Dukung Ahok Club (DAC), Dukung Ahok Gubernur (DAG), DAG-DKI, Bersama Bangun Bangsa (888), Gardu BTP dan Muda-mudi Ahok (dibentuk oleh partai Nasdem), tidak sanggup memenuhi standard dukungan KTP sebagai syarat calon independen sampai dengan Juni mendatang, maka Ahok 'lepas' dari bursa pencalonan.

Sebenarnya, secara pribadi, pengumpulan KTP untuk Ahok sudah melampaui jumlah yang ditetapkan, yakni 525 ribu KTP (berdasarkan jumlah pemilih dalam DPT yang lalu) - data KTP yang terkumpul sekarang ini hampir mencapai 800 ribu. Teman Ahok, dibantu oleh relawan militan Ahok lainnya, optimis bahwa angka 1 juta KTP bagi Ahok dapat mulus tercapai sebelum Juni, karena penambahan data KTP baru, setiap hari konstan menyentuh angka di atas 3000.

Masalahnya sekarang adalah, menurut UU Pilkada, sebagai calon independen, Ahok harus maju sebagai "pasangan calon", dan bukan maju sendirian. Artinya, dukungan KTP yang sama harus dikenakan kepada cawagubnya. Dengan demikian, relawan Ahok, harus berjibaku lagi untuk mengejar angka yang sama bagi cawagub Ahok, dengan durasi kerja yang kurang dari 5 bulan.

Jadi, apabila 'jumlah setoran' KTP untuk cawagub tidak mencapai angka yang disyaratkan, maka inilah kecelakaan sejarah; Seorang tokoh yang bersih, anti korupsi, anti kongkalikong dan visioner, yang tanpa kompromi membereskan ketidakbecusan birokrasi di bawahnya, terjungkal lantaran 'salah keputusan' (?) Memang, tampaknya Ahok sadar betul dan sudah menghitung konsekuensi keputusannya itu.

"Saya sudah bilang resiko loh. Gua bisa enggak ikut. Kalau enggak ikut selesai loh. Sayang juga kan."

Demikian ungkap Ahok kepada puluhan wartawan, tentang pembicaraannya dengan relawan teman Ahok. Mantan, bupati Belitung Timur ini pun tampak siap; berjiwa besar, andai 'skenario' tak elok itu kejadian.

Lalu, salahkah keputusan maha berani yang Ahok ambil ini, memilih independen ketimbang seperahu dengan (calon) parpol pengusung seperti PDI-P, yang jelas-jelas sebagai mesin politik tiada tanding? Sejarah akan menjawab.

Sebagai pribadi, tak soal bagi saya, Ahok melaju dengan kendaraan apa (via partai atau independen). Yang utama, orang sekelas beliau, jangan sampai kalah sebelum bertanding, cuma lantaran terdiskualifikasi administrasi. Amboi.., Sungguh sayang disayang... Memang, dari pihak relawan Ahok, ini harga mati yang tidak bisa ditawar lagi; Ahok harus jadi via independen nanti. Bagi partai politik (parpol), Ahok harus melepas independen dan mengikuti mekanisme partai. Lagi-lagi, buat saya, tak mengapa Ahok maju bersama parpol, toh terbukti sudah, "sang pendobrak" ini tidak mau disetir oleh kepentingan partai; Pada hakikatnya memang, sikap demikian tidak boleh dilakukan seorang kader parpol. Tapi, itulah Ahok. Ahok itulah...

Two Thumbs Up untuk Ahok! Yang menghargai betul, semangat dan keringat para relawan, yang tak terima bayar barang se-sen pun selama ratusan hari... Ia mau mendengarkan mereka. Berdiskusi sebagai teman sejajar, sampai akhirnya memutuskan untuk maju bersama, demi Jakarta lebih baik. Salute untuk Ahok, karena meski punya 'nilai jual' super tinggi (untuk digaet parpol), lebih mau mengikuti nurani, rendah hati, dan bersama berdiri dengan warga yang dicintai, apapun yang terjadi...    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun