Mohon tunggu...
BravoTema
BravoTema Mohon Tunggu... Mahasiswa - Radiology Imaging Technology Student at Airlangga University

Undergradute Radiolgy Techonology Student

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Diskriminasi dalam Pelayanan Kesehatan: Sebuah Realita yang Mengkhawatirkan

9 Januari 2025   17:10 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:26 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskriminasi terhadap pasien BPJS bukanlah hal baru. Menurut data dari BPJS Watch, pada tahun 2022 tercatat 109 kasus diskriminasi yang terjadi di berbagai fasilitas kesehatan. Diskriminasi ini sering kali muncul dalam bentuk perlakuan yang tidak adil terhadap pasien BPJS dibandingkan dengan pasien umum. Hal ini menciptakan kesan bahwa pasien BPJS dianggap sebagai kelas kedua dalam sistem pelayanan kesehatan.

Kejadian di Puskesmas Lambunu 2 menunjukkan bahwa meskipun BPJS Kesehatan dirancang untuk memberikan akses layanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, kenyataannya masih ada stigma negatif terhadap pasien yang menggunakan asuransi tersebut. Banyak orang beranggapan bahwa pasien BPJS sering kali mendapatkan pelayanan yang kurang baik, yang dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan secara keseluruhan. 

Permintaan Maaf, Apakah Publik Masih Bisa Percaya?

Dalam menghadapi kecaman publik, ketiga tenaga kesehatan tersebut akhirnya meminta maaf secara resmi kepada Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, dan masyarakat Indonesia. Dalam pernyataan mereka, mereka menegaskan bahwa Puskesmas Lambunu 2 tidak membedakan antara pasien umum dan pasien BPJS dalam pelayanan. Namun, tindakan mereka yang terekam dalam video jelas menunjukkan sebaliknya, menciptakan keraguan tentang komitmen mereka terhadap prinsip keadilan dalam pelayanan kesehatan.

Permintaan maaf yang disampaikan oleh ketiga tenaga kesehatan itu mencerminkan kesadaran akan dampak negatif dari tindakan mereka. Mereka menyatakan penyesalan mendalam atas perilaku yang dianggap tidak profesional dan menyakiti perasaan banyak pihak. Dalam pernyataan tersebut, mereka juga berjanji untuk memperbaiki sikap dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status asuransi.

Direktur Utama BPJS Kesehatan, dalam tanggapannya terhadap insiden ini, mengakui bahwa diskriminasi terhadap pasien BPJS memang pernah terjadi di berbagai fasilitas kesehatan. Ia berjanji akan menindak tegas setiap fasilitas yang melanggar prinsip-prinsip keadilan dalam pelayanan. Namun, ia juga menekankan bahwa tindakan tersebut harus didukung oleh langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran etika di kalangan tenaga kesehatan.

Pentingnya Kesadaran Etika di Kalangan Tenaga Kesehatan

Kasus ini menyoroti perlunya pendidikan dan pelatihan etika bagi tenaga kesehatan. Banyak tenaga kesehatan mungkin tidak sepenuhnya menyadari dampak dari sikap diskriminatif mereka terhadap pasien. Oleh karena itu, program pelatihan yang fokus pada etika pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa semua pasien diperlakukan dengan adil dan setara tanpa memandang status asuransi.

Kementerian Kesehatan juga harus memperkuat regulasi terkait perlakuan terhadap pasien BPJS. Pengawasan yang lebih ketat terhadap fasilitas kesehatan diperlukan untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan. Selain itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki saluran pengaduan yang efektif agar mereka dapat melaporkan tindakan diskriminatif atau ketidakpuasan terhadap layanan.

Dampak Jangka Panjang Terhadap Sistem Kesehatan

Diskriminasi dalam pelayanan kesehatan tidak hanya merugikan individu tetapi juga dapat merusak reputasi institusi kesehatan secara keseluruhan. Ketidakpuasan pasien terhadap layanan yang diterima dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan banyak orang enggan menggunakan layanan BPJS dan memilih untuk membayar biaya kesehatan secara langsung, yang pada gilirannya dapat memperburuk aksesibilitas layanan bagi kelompok masyarakat yang lebih rentan.

Dengan adanya kesadaran kolektif dan upaya bersama dari semua pihak—dari tenaga kesehatan hingga pembuat kebijakan—diharapkan insiden seperti ini tidak akan terulang di masa depan. Masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan setara, tanpa memandang status sosial atau ekonomi mereka. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan dapat diperbaiki dan diperkuat, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua warga negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun