Dunia jurnalistik tidak berbicara mengenai tulisan dan koran saja. Pernah dengar belum mengenai istilah Jurnalisme Multimedia? Kalau belum pernah mendengar atau asing dengan istilah tersebut mari kita pahami di artikel ini.
Pengantar
Jurnalisme multimedia sudah diakui secara luas oleh organisasi media, namun tidak memiliki definisi tunggal yang produktif. Hal ini dilatarbelakangi oleh sejarah yang panjang. Tapi pada dasarnya multimedia memiliki gambaran berupa kombinasi gambar, suara, grafik, dan teks. Terkadang multimedia juga dikaitkan dengan “lintasmedia”, “transmedia” maupun “media campuran”.
Memiliki sejarah panjang multimedia dapat kita mulai dari fotografi. Dalam dunia fotografi terkhususnya foto jurnalistik, kata multimedia dipahami sebagai kombinasi gambar. Foto jurnalistik dalam praktik fotografi adalah dimana seseorang menceritakan sebuah cerita yang telah disusun menggunakan teknologi pencitraan berbasis lensa. Bentuk yang dapat dilihat adalah Close-Up dan Freeze frames yang digunakan bioskop memutar gambar diam.
Menilik jauh ke belakang, multimedia sudah ada ketika masih menggunakan magic lantern (phenakistiscope, zoetrope, praxinoscope, mutoscope). Alat - alat tersebut digunakan sebelum adanya kemungkinan produksi massal gambar dalam media cetak. Lebih jauh lagi, teknologi semakin berkembang dan multimedia pun juga mengalami perubahan.
Sejarah yang ada tersebut sebenarnya mencoba mendefinisikan “multimedia”. Dari berbagai sejarah yang ada hal yang dibutuhkan bukan sekedar definisi terbatas dari satu genre. Tidak terbatas dalam satu genre, pemahaman yang diperluas tentang “fotografi” terkhususnya hubungan antara gambar diam dan bergerak.
Hal tersebut mungkin yang disebut “pascafotografi” oleh Tim Hetherington. Dimana dunia bukan lagi bentuk visual yang telah mati tetapi bentuk visual hidup dan lebih kuat. Hal ini juga dikarenakan visual memiliki kekuatan sosial untuk menarik perhatian, salah satunya ada dengan kemampuan mendongeng/menyampaikan cerita. Dalam hal ini pasca fotografi membicarakan mengenai penceritaan visual.
Penceritaan visual inilah yang membuka/berpotensi berpotongan dengan bidang lain. Bidang ini termasuk, foto jurnalistik, video jurnalistik, dokumenter, sinema, dan cerita interaktif. Hal ini membuat pembuatan gambar untuk menyampaikan cerita dan mencakup banyak bentuk di platform.
Dapat disimpulkan bahwa proses multimedia dimulai dari fotografi, dengan adanya perkembangan teknologi akhirnya merambah pada perpotongan video hingga cerita interaktif. Melihat dalam sejarah singkat tersebut dapat dilihat multimedia berbentuk visual hidup. Visual hidup ini kemudian diperkuat kemampuan menyampaikan cerita.
Definisi
Penjelasan di atas mengarahkan bahwa multimedia adalah visual hidup dan mampu bercerita. Visual tersebut menimbulkan perpotongan pada berbagai media. Multimedia adalah penyampaian visual hidup melalui berbagai media. Hal ini berbeda dengan Deuze yang menyajikan definisi mengenai multimedia dalam jurnalisme.
Menurut Deuze (2004; h.140) terdapat dua pengertian mengenai multimedia. Pertama, multimedia sebagai penyajian paket berita di situs web menggunakan dua atau lebih format media. Pada pengertian pertama yang dimaksud dengan lebih format media, tidak terbatas pada bentuk teks, musik, gambar, animasi grafis. Untuk mudah dipahaminya adalah berita yang disajikan baik menggunakan 2 atau lebih media, baik tertulis, lisan, audio, dan sebagainya.
Berbeda dengan pengertian pertama, pengertian kedua multimedia lebih dilihat sebagai paket yang terintegrasi. Paket tersebut merupakan penyajian berita yang terintegrasi melalui media berbeda (SMS, MMS, radio, web, dan cetak). Pengertian pertama lebih melihat bentuknya yang menggabung dua atau lebih media serta bentuknya, pengertian kedua lebih pada suatu pesan yang dikirimkan dengan media yang beragam.
Elemen
Definisi multimedia baik dari rangkaian sejarahnya dan Deuze keduanya menyinggung beragam media. Dari definisi tersebut menyinggung beberapa elemen yang terdapat di dalam multimedia. Multimedia menggabungkan visual (gambar diam/bergerak), video, teks, musik, dan animasi. Elemen - elemen tersebut yang membentuk multimedia, baik hanya dua/lebih yang digunakan.
Teks
Dalam multimedia, teks menjadi hal umum atau sering dijumpai. Kata memiliki kekuatan untuk menyampaikan makna. Satu kata tidak hanya berdiri untuk 1 makna saja, bisa saja terselubung arti lain jika tidak hati - hati. Hal ini membuat kita akan berhati - hati dalam memilih kata.
Kata - kata sebagai elemen multimedia akan ditemukan judul, menu navigasi, maupun konten. Pemilihan kata yang tepat akan membantu baik menarik pembaca maupun mengarahkan pembaca mengakses konten multimedia. Dalam penggunaan kata juga perlu memperhatikan, Tipografi (Font), ukuran, keterbacaan, hingga jumlah headline.
Gambar
Gambar menjadi salah satu elemen yang tidak dapat ditinggal. Dilihat dari sejarahnya, elemen gambar menjadi yang sering dibahas. Elemen ini membahas mengenai penggunaan gambar diam/gambar bergerak. Gambar ini dapat diskalakan ke dalam ukuran, warna, pola yang berbeda.
Dalam elemen ini juga terdapat istilah “pascafotografi” , dimana dunia dipahami sebagai visual yang hidup dan memiliki kekuatan sosial (kemampuan bercerita). Gambar tersebut digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi, memvisualkan hal yang tidak bisa dijelaskan dengan kata- kata.
Suara
Suara menjadi elemen berikutnya dalam multimedia. Suara menjadi salah satu elemen yang mengena bagi indera manusia, musik dapat memberikan atau membawakan suasana. Tentunya untuk membagun suasana diperlukan tekanan yang tepat.
Suara adalah energi, jika terlalu banyak volume yang masuk maka akan merusak mekanisme dalam telinga. Jika dalam suatu ruang tingkat kebisingannya 90 dB maka orang cenderung merasa tidak nyaman, 85 dB tidak bisa menggunakan telepon, 45 dB tidak menghasilkan keluhan dan lainnya. Hal tersebut menunjukan seberapa pentingnya komponen frekuensi terhadap sekitar maupun untuk membangun suasana.
Animasi
Animasi menjadi elemen berikutnya dalam multimedia. Animasi mampu memberikan gambar/presentasi statis menjadi hidup. Perubahan visual ini mampu memberikan kekuatan besar bagi konten multimedia. Pemberian animasi mampu memberikan aksen dan menambahkan bumbu, hal ini mampu meninggalkan kesan bagi penikmat konten multimedia.
Video
Dari semua elemen, video menjadi salah satu elemen menarik dalam multimedia. Video dan suara menjadi hal yang menarik perhatian ketimbang teks bergulir maupun pidato. Hal yang membuatnya menarik, video mampu membawa pengguna dekat dengan kehidupan nyata. Tidak hanya itu, video juga mampu menyampaikan pesan hingga memperkuat cerita.
Kesimpulan
Multimedia menjadi salah satu cara yang digunakan dalam dunia jurnalisme untuk menyampaikan cerita. Cerita tersebut diperkuat dengan penggunaan berbagai media, baik suara, tulisan, gambar, animasi, hingga video. Dimana elemen - elemen di dalamnya tersebut mampu memperkuat antara satu dengan yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H