Istilah film adaptasi mungkin bukan hal baru bagi dalam film. Di Indonesia banyak sekali di rilis film adaptasi, baik dari platform wattpad maupun melalui novel.
Fenomena adaptasi film dari karya tulis di Indonesia sudah ada sejak 1926 dan berkembang hingga kini. Film Imperfect : Karir, Cinta, & Timbangan (2019) yang disutradarai Ernest Prakasa menjadi salah satunya.
Film yang mendapatkan rating 7.9/10 ini menjadi salah satu film adaptasi di Indonesia. Dilansir dari Okezone (2020), Film ini sendiri merupakan film adaptasi dari buku karya Meira yang berjudul Imperfect: A Journey to Self-Acceptance. Walaupun berangkat dari buku, Meira dan Ernest memberikan pandangan berbeda dalam film.
Melihat hal itu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan film adaptasi? Mari kita bahas lebih lanjut mengenai film adaptasi.
Film Adaptasi
Dilihat melalui sejarah, film dan tradisi cetak memiliki usia berbeda. Teknologi dalam sinema yang relatif baru mampu menjadi tombak budaya naratif. Hal ini tidak bisa dari seni sastra. Peran kedua bidang ini mampu mempengaruhi satu sama lain sehingga membuat banyak karya film berasal dari karya sastra.
Disisi lain, fenomena karya film mengadaptasi karya sastra juga sebagai bentuk penghargaan dari pembuat film. McFarlane (dalam Braudy & Cohen, 2009; 384) menyatakan bahwa, “Filmmakers’ reasons for this continuing phenomenon appear to move between the poles of crass commercialism and high-minded respect for literary works.”
Jika membahas mengenai film adaptasi, penonton kerap kali membandingkan cerita dalam buku dan film. Perbedaan yang ada dalam film adaptasi nampaknya perlu diperjelas bukanlah suatu yang salah.
Christian Metz (dalam Braudy & Cohen, 2009; 385), menyampaikan bahwa pembaca tidak akan menemukan film yang sesuai dengan dirinya. Hal ini dikarenakan film yang dinikmati merupakan hasil fantasi orang lain.