Mohon tunggu...
Calvin JordanSimanjuntak
Calvin JordanSimanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Swasta D.I.Yogyakarta

Mahasiswa, D.I.Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mari Kita Kupas Ritual Mubeng Beteng dari Sisi Komunikasi Antarbudaya

19 Desember 2020   03:12 Diperbarui: 19 Desember 2020   03:34 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ting-Toomey considers identity to be the “reflective self-conception or self-image that we each derive from our family, gender, cultural, ethnic, and individual socialization process. (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2013, p. 215).  

Setiap individu maupun masyarakat memiliki 3 level identitas berdasarkan konteks dan menonjol atau tidak identitas tersebut saat berinteraksi dengan yang lain. 

“Each of us has three levels of identity that, depending on the context, may or may not be salient in our interactions with others. These three levels are personal, relational, and communal.” (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2013, p. 217). 

Identitas pada level pertama (Personal), hal yang membuat kamu unik dan menonjol daripada yang lain. Pada level kedua (Relasional), identitas yang kita bentuk/terbentuk dengan adanya relasi dengan orang lain. Pada identitas level tiga (Komunal), identitas yang terkait dengan komunitas besar. 

“The spoken word sometimes loses what silence has won.” This Spanish proverb is a fitting introduction to our discussion of silence (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2013, p. 300).

Mubeng beteng merupakan salah satu buday yang ada di Yogyakarta. Ritual ini menjadi identitas bagi Yogyakarta dalam merayakan tahun baru Jawa (1 Sura). Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan tradisi ini diprakarsai oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta dan menggunakan bahasa Jawa dalam prosesnya dan merupakan bagian dari tradisi Jawa-Islam.

Tahun pelaksanaannya berbeda karena adanya virus Covid-19 sehingga para abdi dalem memutuskan untuk meniadakan ritual dan menggantinya dengan doa bersama, Meski ditiadakan, menurut dia, sebagai penggantinya beberapa abdi dalem bakal menggelar do'a bersama di Keben Keraton atau di sekitar Bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta (Harianjogja.com, 2020).

Ting-Toomey considers identity to be the “reflective self-conception or self-image that we each derive from our family, gender, cultural, ethnic, and individual socialization process. (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2013, p. 215).

Melihat dari pengertian tersebut maka ritual ini merupakan bagian identitas budaya Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Jogja maupun turis menangkap bahwa tradisi Mubeng Beteng merupakan salah satu ciri khas perayaan tahun baru Jawa.

Tradisi dinamakan Lampah Budaya “Tapa Bisu Mubeng Beteng”, dikarenakan saat mengitar beteng dilakukan dengan tapa bisu. "Mengelilingi Beteng Keraton biasanya dengan diam tidak diperkenankan berbincang-bincang untuk memusatkan diri. Memohon maaf kepada Allah serta mensyukuri segala nikmatnya," kata dia.(Harianjogja.com, 2020).

Namun pada saat pandemi ini diganti dengan doa bersama yang dilakukan oleh para abdi dalem. Tapa bisu dilakukan dengan diam atau tidak berbincang hal ini berhubungan dengan konsep silence. . “The spoken word sometimes loses what silence has won.” This Spanish proverb is a fitting introduction to our discussion of silence (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2013, p. 300).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun